Tuesday, November 8, 2011

Apakah non-Muslim Yang Baik Akan Masuk Neraka Juga?

Apakah non-Muslim Yang Baik Akan Masuk Neraka Juga?

Orang yang tidak sampai risalah tauhid padanya ketika hidup, dia dianggap kafir di dunia ini. Cara kita bermuamalat dengan mereka adalah seperti bermuamalat dengan orang kafir. Akan tetapi di akhirat nanti dia termasuk ke dalam golongan imtihan yang akan diuji oleh Allah. Jika berhasil melewati ujian tersebut, mereka akan ke syurga dan jika tidak diazab di neraka. Yang juga termasuk dalam golongan imtihan ini seperti ahli fitrah (hidup sebelum diutus nabi), orang gila, orang tua pikun, dll.

Dari Abu Hurairah dan Al-Aswad Bin Sarii bahawa nabi Allah S.A.W bersabda: “Empat jenis manusia akan berhujah pada hari kiamat. Mereka adalah lelaki tuli yang tidak mendengar langsung, lelaki tidak siuman, lelaki tua pikum dan lelaki yang mati di dalam fatrah (waktu antara dua rasul). Adapun si tuli, dia akan berkata: Wahai Tuhanku, sesungguhnya Islam telah sampai dalam keadaan aku tidak mendengar sesuatupun. Adapun orang yang tidak siuman, dia akan berkata: Wahai Tuhanku, sesungguhnya telah datang Islam dalam keadaan aku tidak memahami sesuatupun serta anak-anak melemparku dengan najis binatang. Adapun si Tua pikun, dia akan berkata: Wahai Tuhanku sesunggunya telah datang Islam dalam keadaan aku tidak memahami sesuatu. Adapun orang yang mati dalam tempoh fatrah (antara dua rasul), dia akan berkata: Wahai Tuhanku, tidak sampai pun padaku pesuruhMu. Maka Allah mengambil janji dari mereka agar mereka mentaatiNya tanpa terbelah lagi. Kemudian diperintahkan kepada mereka agar memasuki neraka. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, sesiapa yang memasukinya (di kalangan mereka), pasti ia akan menjadi sejuk dan sejahtera terhadapnya. Dan orang yang tidak memasukinya (dikalangan mereka), akan diheret ke dalamnya.

Menurut Dr Yasir Borhami (Al-minnah), orang tuli yang sampai padanya dakwah dengan (bahasa) isyarat tidak termasuk ahli fatrah, karena dakwah telah sampai padanya dengan cara yang dipahami oleh orang-orang yang sepertinya, dan begitu juga jika dia mampu membaca dan menulis, atau dengan apa-apa wasilah (yang dipahaminya), maka dikira telah sampai dakwah padanya.

Orang kafir yang belum mengenal apa itu islam, apabila mendengar tentang islam entah itu berita benar atau palsu, dia wajib untuk menyelidikinya sebelum menolaknya. Siapa yang ikhlas dalam pencarian, maka Allah akan beri petunjuk.

Jika seorang manusia bisa menghabiskan umurnya meneliti tempat yang terbaik menancapkan paku ketika dia bertukang, maka tidak ada keuzuran padanya untuk tidak meneliti masalah penting yang melibatkan kepercayaannya apabila sampai padanya khabar tentang Islam.

Syeikh Dr Yaser Borhami – hafizahullah – dalam bukunya Al-Minnah Syarh I’tiqad Ahlissunnah, dalam bab masalah iman dan kufur berkata:

“… dan barangsiapa yang sampai kepadanya risalah laa ilaaha illallah, muhammad rasulullah, maka dia mesti membenarkannya, dan jika dia tidak menyelidikinya dan kekal dalam kekufurannya setelah sampai risalah kepadanya, maka dia adalah kafir yang kekal dalam neraka dengan kesepakatan kaum muslimin, dan barang siapa yg berselisih dalam masalah ini, maka dia adalah ahli bid’ah yg sesat.”

Ada sebagian orang yang berpendapat apabila berita mengenai Islam yang sampai kepada orang kafir-kafir tersebut adalah yang buruk-buruk saja, maka orang-orang kafir ini akan mendapatkan ampunan (dimaafkan). Alasannya adalah karena karena termasuk ke dalam golongan ma’zur (mendapat uzur) akibat menerima berita yang tidak benar mengenai Islam. Golongan ini mensyaratkan berita yang betul-betal benar sampai kepada orang kafir serta ditambah dengan penegakan hujjah terhadap mereka, sebelum mengatakan tempat mereka di neraka di kemudian hari.

Menurut Syeikh Dr Yaser Borhami itu adalah kalam yang batil. Beliau berhujjah dengan kisah Kisra dan Kaisar (bangsawan Persia dan Romawi pada zaman Nabi saw). Kedua pembesar tersebut selalu menjelek-jelekkan citra Islam kepada pengikut-pengikutnya. Mereka menyaring berita-berita baik mengenai Islam kepada pengikutnya. Mereka tidak memberitahu pengikut-pengikutnya bahwa Islam agama yang haq dan baik. Sebaliknya mereka berkata “jangan masuk Islam”.

Hakikat orang-orang musyrikin yang selalu menjelakkan Islam telah disinggung oleh Nabi saw dalam sebuah hadis yang berbunyi:

“Nabi bersabda kepada Hiraqel: “Islamlah kamu! Maka kamu akan selamat, dan Allah memberikan ganjaran kepadamu dua kali lipat. Jika engkau berpaling, maka dosa-dosa Arisiyyiin di atas tanggunganmu” [HR Bukhari-Muslim].

Mengapa Nabi saw berkata demikian? Ini karena orang-orang Arisiyyiin akan mengikutinya kepada kebatilan, seperti firman Allah swt yang menceritakan tentang orang-orang yang mengikut (kebatilan) pada hari kiamat (Saba’ (34): 31-33):

“Dan orang-orang kafir berkata, “Kami tidak akan beriman kepada Al-Qur’an ini dan tidak (pula) kepada Kitab yang sebelumnya.” Dan (alangkah mengerikan) kalau kamu melihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian mereka mengembalikan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, “Kalau tidaklah karena kamu, tentulah kami menjadi orang-orang mukmin.”

Orang-orang yang menymbongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah, “Kamikah yang telah menghalangimu untuk memperoleh petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak!) Sebenarnya kamu sendirilah oarng-orang yang berbuat dosa.”

Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, “(Tidak!) Sebenarnya tipu daya(mu) pada waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru agar kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya.” Mereka menyatakan penyesalan ketika mereka melihat azab. Dan Kami pasangkan belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.

Apakah orang-orang kafir itu bisa masuk Islam di kala berita-berita buruk menimpa Islam dan umat Islam. Jawabannya adalah bisa sekali asalkan orang itu bersungguh-sungguh mencari agama yang haq. Niscaya Allah swt akan mempermudah dan membimbing usaha pencariannya tersebut. Kalau tidak percaya, bacalah kisah-kisah orang-orang yang masuk Islam ini.

Di lingkungannya, New York, Jennifer menyaksikan betapa buruknya perlakuan terhadap Muslim. Perlakuan ini terjadi begitu cepat setelah serangan 11 September. Setiap hari selalu ada berita yang melaporkan tentang kejahatan karena kebencian terhadap Muslim.

“Sungguh mengerikan. Saya menyaksikan langsung orang-orang pindah berjalan di trotoar seberang jalan hanya karena mengira ada Muslim. Bisnis Muslim sepi. Tak ada yang ingin membeli dari toko Muslim. Di jalan, orang-orang berteriak kepada Muslim, Pergi ke negaramu, Teroris, Taliban!!” “Mengapa orang-orang mengatakan kata-kata ini kepada orang-orang yang tak bersalah? Saya sepakat pelaku serangan adalah orang yang kejam, tapi kenapa menyalahkan orang-orang yang tak ada hubungannya dengan serangan?”

Dari sinilah muncul ketertarikannya. Jennifer mulai penasaran apa yang diyakini oleh Muslim. Ketertarikannya semakin besar setiap hari. Ia kemudian mendaftar untuk mengikuti sebuah acara di kampus. Di sana ia bertemu Muslim dan melontarkan berbagai pertanyaan tentang Islam.

Jennifer mendengar hal-hal buruk mengenai Islam, tapi dia malah mendaftarkan diri disebuah acara Islam di kampus, hanya untuk bertanya mengenai Islam. Jadi Jennifer melakukan usaha untuk mencari tahu apa Islam sebenarnya.

Berpikir mundur kembali ke tahun-tahun sekolah dasar, Howell masih mengingat jelas sebuah pernyataan dari gurunya yang berkata, “Islam adalah agama pedang, dan siapa pun yang hidup dengan pedang akan mati dengan pedang.” Howell kini menyadari betul bagaimana pengondisian anti-Islam telah dimulai sejak masa kanak-kanak.

Timbul pertanyaan serius pada Howell, “Bagaimana mungkin budaya masyarakat Ameika begitu dungu dan penuh prasangka terhadap Islam. Ini adalah agama tua dari Timur Tengah, tapi ironisnya masyarakat saya sendiri juga mempraktekkan agama dari Timur Tenggah (Kristen) dan mereka juga berbagi nabi yang sama.”

“Saya jadi ingin tahu apa itu Muslim dan agama mereka, Islam,” ujarnya. Howell mulai mencari jawaban atas banyak pertanyaan di dalam kepalanya. “Saya bukan hanya bertanya pada para Krisitiani. Saya juga mulai bertanya langsung pada Muslim,” tutur Howell. Dari sanalah ia belajar dan menjumpai bahwa Islam sungguh diluar yang ia sangka.

Sejak kecil Howell mendapat didikan yang salah dari guru-gurunya tentang Islam. Islam dikatakan sebagai agama pedang, agama teroris, agama untuk orang berwarna coklat, dan banyak lainnya. Howell tidak hanya berhenti disitu saja dan percaya mentah-mentah apa yang dipelajarinya sejak kecil. Dia malah mencari tahu apa itu Islam dan muslim. Ini mengantarkannya kepada Islam.

Ruben dibesarkan di Melbourne oleh orangtua yang tak percaya Tuhan. “Saat kecil saya memang dibesarkan untuk menganut Kristen, tapi orang tua saya atheis, sehingga saya cenderung memiliki pandangan atheis,” ungkap Ruben. “Saya pun mulai bertanya apa sebenarnya tujuan hidup itu?” tuturnya. Peristiwa sulit yang terjadi hampir bertubi-tubi itu menjadi katarsis bagi Ruben untuk melirik agama.

Hingga suatu saat ia bertemu temanya yang beragama Kristen. “Saya ditanya bagaimana pencarianmu, apa saja yang sudah kampu pelajari?” kata Ruben menirukan ucapan si teman. Ia menjawab semua, mulai Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Yahudi, Anglikan tapi tak ada yang bisa menarik hatinya. Si teman bertanya lagi, “Bagaimana dengan Islam?”. Pertanyaan langsung disambar Ruben dengan cemooh, “Apa, Islam? Buat apa saya mengivestigasi agama terorisme? Itu gila.”

Ia pun mulai banyak bertanya, tentang teman-temannya yang telah meninggal, tentang apa itu masa lalu dan masa yang akan datang. Ia pun menanyakan hal-hal sulit lain, seperti mengapa menumbuhkan janggut, mengapat menggunakan hijab, mengapa memiliki istri empat.

Ruben adalah seorang atheis. Tapi dia berusaha mencari jawaban atas pertanyaan apa tujuan hidup sebenarnya. Ini membimbingnya untuk mencari tahu agama-agama lain, kecuali Islam. Yang ada dalam pikirannya, Islam adalah agama teroris. Namun karena keinginan untuk mencari jawaban itulah, membuat dia tetap pergi ke mesjid dan bertanya hal-hal yang mustahil mengenai Islam.

Sumber:

al-fikrah.net – Hujah ulama: apakah org bukan islam yg sgt baik masuk neraka

No comments:

Post a Comment