Dalam Majallah
Al-Muslimun nomor 247 dimuat resensi buku yaitu “Ibnu Sina sosok Ilmuwan
Muslim”. Penulis resensi buku itu tidak mengerti siapa sebenarnya Ibnu Sina?
Kalau kita ingin menulis makalah tentang syakhshiyyah (pribadi seseorang) lebih
dahulu kita harus merujuk kitab-kitab yang dikarang oleh Ulama-ulama Islam yang
terdahulu yang masyhur, apa kata mereka tentang pribadi seseorang, baru kita
pakai sebagai penguat itu ialah ucapan pam ulama yang belakangan. Kita lebih
percaya kepada para Salafush-shalih dan orang yang mengikuti jejak mereka
ketimbang ulama yang belakangan yang telah banyak menyimpang dari Manhaj
mereka.
Para penulis yang memuji
Ibnu Sina kebanyakan dari ahli filsafat dan Orientalist serta para ahli
kedokteran, oleh karena itu semua buku yang mcnulis tentang Ibnu Sina selalu
mereka merujuk kepada buku-buku Orientalist dan ahli filsafat. Mereka memuji
Ibnu Sina karena kekaguman mereka terhadap karya-karyanya, di antara bukunya
yang terkenal ialah “al-Qa-nuun fit-Thibb”(Canon of Medicine / Konstitusi ilmu
kedokteran).
Kita harus ingat, bahwa
pujian yang mereka lontarkan tentunya mempunyai tujuan untuk merusak Islam,
karena Ibnu Sina seorang ahli filsafat di samping ia ahli kedokteran dan
buku-bukunya tentang filsafat sudah beredar di mana-mana. Dengan pujian dan
menganggap ia sebagai seorang “Muslim” membuat kaum Muslimin berusaha membaca
karya-karanya tentang filsafat yang isinya adalah racun bagi ummat Islam, sesat
dan menyesatkan.
IBNU SINA BIOGRAFI DAN AQIDAHNYA
Ibnu Sina (Avicenna) lahir pada bulan Shafar lahun 370 Hijriyyah / 980 M wafat tahun 1037 M, sejak masa remaja ia sudah kagum dcngan ilmu filsafat, ia banyak mengambil ilmu filsafat dari Ariestoteles. Filsafat ini dikembangkan oleh Ibnu Sina. Filsafat yang dianut olch Ariestoteles dan Ibnu Sina menurut ahli filsafat merupakan filsafat yang sangat-sangat aneh, karena keduanya berpendapat bahwa alam ini ada sebelum adanya (Allah), sedangkan para filosof sebelumnya berkata Bahwa alam ini baru (diciptakan), dan penciptanya ada. (Ighatsatul-Lahafan hal: 257).
IBNU SINA BIOGRAFI DAN AQIDAHNYA
Ibnu Sina (Avicenna) lahir pada bulan Shafar lahun 370 Hijriyyah / 980 M wafat tahun 1037 M, sejak masa remaja ia sudah kagum dcngan ilmu filsafat, ia banyak mengambil ilmu filsafat dari Ariestoteles. Filsafat ini dikembangkan oleh Ibnu Sina. Filsafat yang dianut olch Ariestoteles dan Ibnu Sina menurut ahli filsafat merupakan filsafat yang sangat-sangat aneh, karena keduanya berpendapat bahwa alam ini ada sebelum adanya (Allah), sedangkan para filosof sebelumnya berkata Bahwa alam ini baru (diciptakan), dan penciptanya ada. (Ighatsatul-Lahafan hal: 257).
Ariestoteles dan lbnu
Sina berpendapat bahwa Allah Subhana wa Ta’ala tidak mempunyai kekuasaan
apa-apa dan tidak mengetahui sesuatu dan keduanya tidak beriman kepada
Malaikat.
Malaikat menurut mereka adalah khayalan para Nabi yang berupa cahaya.
Malaikat tidak bergerak, tidak naik, tidak turun, tidak berbicara, tidak menulis amal-amal hamba, tidak berpindah-pindah, tidak shalat, tidak rnencabut nyawa, tidak menulis rezeki, ajal dan amal, tidak ada di kanan dan di kiri manusia dll.
Scmua ini menurut Ibnu Sina tidak ada hakikatnya.
(Lihat: lghatsatul-Lahafan II : 261)
Malaikat menurut mereka adalah khayalan para Nabi yang berupa cahaya.
Malaikat tidak bergerak, tidak naik, tidak turun, tidak berbicara, tidak menulis amal-amal hamba, tidak berpindah-pindah, tidak shalat, tidak rnencabut nyawa, tidak menulis rezeki, ajal dan amal, tidak ada di kanan dan di kiri manusia dll.
Scmua ini menurut Ibnu Sina tidak ada hakikatnya.
(Lihat: lghatsatul-Lahafan II : 261)
Mereka tidak percaya
kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah Subhana wa Ta’ala melalui Malaikat,
karena dia tidak bisa berkata apa-apa dan tidak akan berkata dan Malaikat tidak
boleh berkata-kata. (ibid : 262).
KEYAKINAN IBNU SINA YANG
SESAT TENTANG NABI DAN RASUL
Rasul-Rasul dan Nabi-nabi menurut Ibnu Sina adalah bualan semata dan bukan utusan dari Allah Subhana wa Ta’ala. Para Nabi dan Rasul mempunyai 3 karakteristik, jika hal ini ada maka ia (menurut dia Ibnu Sina.ed) Nabi :
Rasul-Rasul dan Nabi-nabi menurut Ibnu Sina adalah bualan semata dan bukan utusan dari Allah Subhana wa Ta’ala. Para Nabi dan Rasul mempunyai 3 karakteristik, jika hal ini ada maka ia (menurut dia Ibnu Sina.ed) Nabi :
1. Kekuatan menduga
(mengetahui perkara berdasarkan pcrkiraan) hingga ia tahu dengan cepat batas
pertengahan dari Sesuatu.
2. Kekuatan mengkhayal,
seperti para Nabi mengkhayalkan bentuk cahaya serta cahaya itu dapat bercakap
dengan dia dan ia dapat mendengar (cahaya yang dimaksud ialah Malaikat).
3. Kekuatan untuk
mempengaruhi orang, dan ini dilakukan semata-mata dengan jiwa.
Semua ini bisa dilakukan
dengan usaha.
Ibnu Sina berkata : “Filsafat itu merupakan kenabian khusus, adapun kenabian adalah merupakan filsafat umum.”
Ibnu Sina berkata : “Filsafat itu merupakan kenabian khusus, adapun kenabian adalah merupakan filsafat umum.”
(Lihat : Kitab lghatsatul
Lahafan min Mashayidis Syaithan II hal: 262 oleh Al-Imam Ibnul Qayyim
al-Jauziyyah, tahqiq Muhammad Hamid al-Faqiy cet. Darul Ma’rifah-Beirut ; dan
Kitab al’Aqa-’id al-Bathiniyyah wa hukmul Islam fiiha hal : 247-248 oleh Dr.
Shabir Tha’iimah cet. Maktabah ats-Tsaqafiyyah-Beirut).
PANDANGAN IBNU SINA
TENTANG HARI KIAMAT
lbnu Sina dalam bukunya “ar-Risalah al-Adhhawiyyah fi Amril Ma’ad” (cet. Darul Fikr al-’Arabiy-Kairo th. 1368 H / 1949 M) ia berkeyakinan tidak beriman kepada pecahnya langit, berhamburannya bintang-bintang, bangkitnya manusia dengan jasadnya, dan tidak percaya bahwa Allah ‘Azza wa Jalla mengadakan alam ini dari tidak ada menjadi ada. Ia berkeyakinan alam ini Azaliy (lihat Dar’u Ta’arudhui ‘Aql wan Naql V:10 oleh Sayikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Tahqiq Dr. Muhammad Rasyad Salim cet. I th.1401 H / 1981 M; Ighatsatul Lahafan II hal. 262).
lbnu Sina dalam bukunya “ar-Risalah al-Adhhawiyyah fi Amril Ma’ad” (cet. Darul Fikr al-’Arabiy-Kairo th. 1368 H / 1949 M) ia berkeyakinan tidak beriman kepada pecahnya langit, berhamburannya bintang-bintang, bangkitnya manusia dengan jasadnya, dan tidak percaya bahwa Allah ‘Azza wa Jalla mengadakan alam ini dari tidak ada menjadi ada. Ia berkeyakinan alam ini Azaliy (lihat Dar’u Ta’arudhui ‘Aql wan Naql V:10 oleh Sayikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Tahqiq Dr. Muhammad Rasyad Salim cet. I th.1401 H / 1981 M; Ighatsatul Lahafan II hal. 262).
IBNU SINA ADALAH PENGIKUT
ALIRAN SYI’AH SEKTE QARAMITHAH BATHINIYYAII
Ibnu Sina pernah
memberitahukan tentang dirinya :
Aku dan Ayahku inengikuti
ajaran al-Hakim (1) (Ighatsatul-Lahafan 11 : 266) Dengan begitu jelaslah bahwa
Ibnu Sina termasuk Sekte Qaramithah Bathiniyyah (2) sebagaimana disebutkan oleh
Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim, Dr. Rasyad Salim, Muhammad ilamid al-Faqiy dan
Dr. Shabir Tha’iimah.
(1). Al-Hakim adalah
Manshur bin al’Aziz Billa Nizar bin al-Mu’iz-Billa al-’Abidiy Sulthan ke III,
Kesultanan Syi’ah Fathimiyyah (Dibunuh oleh Sulthan Mahmud Al-Ghazi As-Saljuqi
At-Turkey Rahimahullah dari Daulah As-Salajiqah pada Tahun 386 H / 996 M),
khalifah Pendusta dan Jahat yang pernah menguasai seluruh wilayah Afrika Utara.
Ia mendakwakan dirinya sebagai Tuhan, ia banyak membunuh para ulama (tidak
dapat dihitung bilangan ulama yang terbunuh, karena hanyaknya). Ia menulis di
Masjid-masjid Jami’ caci makian terhadap Abu Bakar, Umar, Utsman, ‘Aisyah dan
para shahabat lainnya. Dia-lah sekarang yang dijadikan sesembahan oleb kelompok
Druzz di Libanon dan Isma’iliyyah di India. (Ta’liq Ighatsatul-Lahafan oleh
Syekh Muhammad Hamid al-Faqiy II hal : 266).
(2). Dinisbatkan kepada
Hamdan bin al-Ash’ats, dikenal dengan Qurmuth karena ia orangnya pendek / jadi,
pendek langkahnya (qurmuth). Ia seorang pembajak tanah di Kufah. Ia termasuk
kelompok Kebathinan, mereka mengaku bahwa mereka orang Syi’ah, mereka adalah
Atheis dan Zindiq (orang yang pura-pura Islam). Tahun 286 H mereka mulai
mcnampakkan da’wahnya (kcpada kesesatan) melalui Sa’id al-Hasan bin Bahram
al-Janabiy setelah ia mengikuti Qaramithah.
Kemudian da’wah Qaramithah berkembang dan banyaklah orang-orang jahat yang mengikutinya. Mereka pernah memasuki kota Makkah pada hari Tarwiyah tgl 8 Dzulhijjah th 317 H.
Mereka membunuh jama’ah hajji yang sedang Thawaf (mengelilingi Ka’bah) mereka mencabut pintu Ka’bah dan Kiswahnya, dan orang-orang yang dibunuh dimasukkan ke Sumur Zamzam.
Mereka mencopot Hajar Aswad dan mereka bawa ke Qothief dan tinggal di sana kurang- lebih selama 22 tahun.
Setelah Dunia Islam panik dengan kejahatan Qaramithah, barulah Khalifah Abbasiyyah al-Muthi’ Billah al-Fadhl Bin al-Muqtadir Rahimahullah mengembalikan Hajar Aswad ketempatnya.
Sebenarnya sebelum itu juga mereka telah membunuh orang-orang yang ingin melaksanakan ibadah hajji dan menawan wanita-wanitanya.
(Lihat : Ta’liq Ighatsatul-Lahafan oleb Syekh Muhammad Hamid al-Faqiy II hal: 248 dan al-’Aqa-id al-Bathiniyyah oleh Dr. Shabir Tha’imah hal : 221 s/d 236)
Kemudian da’wah Qaramithah berkembang dan banyaklah orang-orang jahat yang mengikutinya. Mereka pernah memasuki kota Makkah pada hari Tarwiyah tgl 8 Dzulhijjah th 317 H.
Mereka membunuh jama’ah hajji yang sedang Thawaf (mengelilingi Ka’bah) mereka mencabut pintu Ka’bah dan Kiswahnya, dan orang-orang yang dibunuh dimasukkan ke Sumur Zamzam.
Mereka mencopot Hajar Aswad dan mereka bawa ke Qothief dan tinggal di sana kurang- lebih selama 22 tahun.
Setelah Dunia Islam panik dengan kejahatan Qaramithah, barulah Khalifah Abbasiyyah al-Muthi’ Billah al-Fadhl Bin al-Muqtadir Rahimahullah mengembalikan Hajar Aswad ketempatnya.
Sebenarnya sebelum itu juga mereka telah membunuh orang-orang yang ingin melaksanakan ibadah hajji dan menawan wanita-wanitanya.
(Lihat : Ta’liq Ighatsatul-Lahafan oleb Syekh Muhammad Hamid al-Faqiy II hal: 248 dan al-’Aqa-id al-Bathiniyyah oleh Dr. Shabir Tha’imah hal : 221 s/d 236)
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah Rahimahullah betkata : “Semua kelompok Qaramithah LEBIH KUFUR dari
Yahudi dan Nasrani bahkan lebih kufur dari kebanyakan kaum Musyrikin, karena
mereka lebih berbahaya dari kafir harbiy, mereka berpura-pura mencintai Ahul
Bait padahal pada hakikatnya mereka tidak beriman kepada Allah, Rasul-Nya,
kitab-kitab-Nya, tidak beriman kepada perintah, larangan, ganjaran dan siksa.
Dan mereka tidak beriman kepada Surga dan Neraka dan tidak juga beriman kepada
seorangpun dari para Rasul sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
mereka mengambil dalil al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah dari Ulama kaum Muslimin
tetapi mereka ta’wilkan dan mereka mengada-adakan dusta serta menda’wakan bahwa
yang demikian itu adalah ilmu Bathin.”
(Lihat: Fatawa Syaikhul Islam Jiid 35 halaman : 149-150)
(Lihat: Fatawa Syaikhul Islam Jiid 35 halaman : 149-150)
BEBERAPA BANTAHAN PARA
ULAMA TENTANG BUKU-BUKU IBNU SINA
1. Syaikh Muhammad
asy-Syahrastani rahimahullah (lahir th 479 H wafat th 548 H), ia mengarang satu
buku yang berjudul “al-Mushara’ah” [Buku yang ditulis oleh Imam Syahrastani
adalah penyempurnaan dari buku Imarn Shadaruddin Asy-Syairazy rahimahullah,
yang sebenarnya buku ini dibantah lagi oleh Ibnu Sina di saat Syairazy rnasih
hidup, dua buku ini sudah dibaca oleh Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah
rahimahullah. (Lihat: Al-Milal wan Nihal dan al-Ighatsah)].
Isi buku itu membantah
keyakinan Ibnu Sina yang menyatakan bahwa alam ini terdahulu, keyakinan dia
tentang tidak adanya Hari Kiamat (dibangkitkan dengan jasad) serta ia berkeyakinan
Allah tidak mempunyai ilmu dan kekuasaan. Beliau (Imam Muhammad asy-Syahrastani
rahimahullah) menjelaskan bahwa keyakinan Ibnu Sina itu BATHIL. Tetapi Ibnu
Sina tidak mau rujuk kepada kebenaran, bahkan ia menentang dan membantah buku
Imam asy-Syairazy rahimahullah itu dengan mengarang satu buku yang berjudul
“Mushara’atul Mushara’ah”, Di kitab itu Ibnu Sina menyatakan :
“Bahwasanya Allah tidak
menciptakan langit dan Bumi dalam 6 (enam) hari, Allah tidak mengetahui sesuatu
apapun, Allah tidak berbuat sesuatu dengan Qudrat dan Ikhtiyarnya dan Allah
tidak membangkitkan manusia dari Kuburnya.”
(Lihat : Ighatsatul lahafan II hal. 266)
(Lihat : Ighatsatul lahafan II hal. 266)
Setelah membawakan
pendapat Imam asy-Syahrastani rahimahullah yang menyatakan ajaran Ibnu Sina itu
Bathil, Imam lbnul Qayyim rahimahullah berkata :
“Kesimpulannya Ibnu Sina
itu Seorang ATHEIS, Yang KUFUR KEPADA ALLAH, kepada para MalaikatNya, Kufur
kepada Kitab-kitab Nya, Kufur kepada Rasul-Rasul Nya dan Kufur kepada hari
Kiamat.”(Ighatsatul.Lahfan 11 : 267)
Selanjutnya beliau rahimahullah
berkata: “(Menurut ukuran kejelekan), Agama kaum Musyrikin lebih baik dari
ajaran Ibnu Sina, al-Farabi dan para pengikutnya (maksudnya kejelekan kaum
Musyrikin lebih ringan dibanding kejelekan Ibnu Sina-pen) karena
penyembah-penyembah berhala masih mempercayai Allah sebagai al-Khaliq
(pencipta) yang mengadakan dari tidak ada, mereka percaya bahwa Allah BERKUASA
DAN HIDUP, Penyembah berhala hanya berlaku syirik dalam soal ibadah. Allah
Subhana wa Ta’ala berfirman:
“Ingatlah, hanya
kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang
mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka
melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-
dekatnya.” Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang
mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang
pendusta dan sangat ingkar.” ( Qs. Az-Zumar : 3 ).
(sedang Ibnu Sina dalam semua hal)
(idem 268).
(sedang Ibnu Sina dalam semua hal)
(idem 268).
2. Imam Ibnul Qusyairiy
rahimahullah mernbantah bukunya Ibnu Sina yang berjudul: Asy-Syifa 3).
Asy-Syifa itu sebuah buku Ensikilopedia Filsafat, bantahan beliau rahimahullah
dituliskan dalam bentuk Sya’ir :
Kami putuskan persaudaraan dengan sekelompok orang yang sakit yaitu penulis buku asy-Syifa’.
Kami putuskan persaudaraan dengan sekelompok orang yang sakit yaitu penulis buku asy-Syifa’.
Berapa kali kami sudah
kuingatkan : Wahai kaumku! Kalian ini berada di tepi jurang (neraka) bersama
penulis buku asy-Syifa’.
Maka tatkala mereka sudah
meremehkan peringatan kami, maka kami kembali kepada Allah, Allah cukup
(sebagai pelindung kami),
Mereka (Ibnu Sina dan
para pengikutnya) mati dalam keadaan mengikuti Agama (‘ajaran,) Ariestoteles,
sedangkan kami hidup mengikuti agama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
. (Lihat: Fatawa Ibnu Taimiyyah 9 hal. 253)
3. Ibnul Jauzi
al-Qurasyiy al-Baghdadiy rahimahullah berkata : “Kebanyakan AhIi Filsafat
berkeyakinan bahwa Allah ‘Azza wa Jalla tidak mengetahui sesuatu?? Ibnu Sina
berkeyakinan bahwa Allah ‘Azza wa Jalla tidak mengctahui yang partial?? Mereka
adalah orang-orang yang PANDIR YANG TELAH DIHIASI OLEH IBLIS.”
(Talbiisu Iblis oleh Ibnu Jauzi hal : 47, Tahqiq Mahmud Mahdi al-Istambuli cet. Muassasah ‘ulumul Qur’an-Damaskus).
(Talbiisu Iblis oleh Ibnu Jauzi hal : 47, Tahqiq Mahmud Mahdi al-Istambuli cet. Muassasah ‘ulumul Qur’an-Damaskus).
4. Ibnu Sina menulis buku
yang berjudul “al-Isyaaraat wat Tanbiihaat, buku ini ada beberapa jilid yang
berisi tentang kayakinan di dalam masalah Dzat, Wujud dan sebagainya. Buku ini
telah disyarah oleh seorang filosop Israel. Dan buku Ibnu Sina ini telah
dibantah oleh Syaikhul Islam Al-Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam kitabnya
Dar’u Ta’a-rudhul’Aql wan Naql jilid V dan halaman 87 sampai dengan halaman 152
tahqiq Dr. Muhammad Rasyad Salim cet. th 1401 H/1981.M. Di halaman 130-131 Ibnu
Taimiyyah berkata : “Mereka-mereka yang mengingkari adanya Malaikat adalah
Kafir …. dan Ulama’ salaf telah sepakat bahwa mereka yang mengingkari
sifat-sifat Allah adalah orang yang paling bodoh dan paling sesat.”
5. Berkata Dr.Shabir
Tha’iimah rahimahullah: “Aqidah kebathinan yang dianut oleh sekte Qaramithah,
Isma’iliyah dan Nushairiyah adalah KAFIR karena mereka menolak Rukun Iman dan
hukum-hukum Islam, dan mereka telah dipengaruhi oleh Filsafat Yunani, Persia
dan India. Mereka mengaku-ngaku dirinya sebagai orang-orang Muslim? Padahal
mereka sangat jauh dari Islam dan kaum Muslimin. Di antara tokoh-tokohnya ialah
: Ibnu Mulkan, Ibnu Sab’in, IBNU ‘ARABY, AL-HALLAJ, IBNU SINA DAN dan yang
selain mereka.” (Lihat al-’Aqaaid al-Bathiniyyah wa hukmul Islam fiiha halaman
242 s/d 249).
IBNU SINA DAN PARA
PENGIKUTNYA MENURUT AL-QUR’AN
Ibnu Sina dan para
pengikutnya menurut al-Qur’an adalah orang-orang bodoh, sombong, sesat dan
Kafir. Allah Subhana wa Ta’ala Berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang
yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada
mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan)
kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah
perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” ( Qs.Al-Mukmin : 56 ).
“Apabila dikatakan kepada
mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.” Mereka
menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah
beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi
mereka tidak tahu.” ( Qs.Al-Baqarah : 13 ).
“Maka tatkala datang
kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa
ketarangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada
mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan
itu.” ( Qs. Al-Mu’min : 83 ).
“Wahai orang-orang yang
beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang
Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-jauhnya.” ( Qs.An Nisaa’ : 136 ).
“Sesungguhnya orang-orang
yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara
(keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman
kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta
bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang
demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya.
Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang
menghinakan.” ( Qs. An Nisaa’ : 150-151 ).
“Dan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menemui akhirat, sia-sialah
perbuatan mereka. Mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang telah mereka
kerjakan.” ( Qs. Al A’raaf : 147 ).
Sesungguhnya seeeorang
bisa dikatakan beriman apabila ia beriman kepada Allah, Malaikat- Malaikat-Nya,
Kitab-kitabNya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir dan apa yang ditakdirkan Allah
kepada dirinya yang baik maupun yang buruk. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
,”Iman itu ialah : Engkau
beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada
utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang
buruk” ( Shahih Riwayat Imam Muslim no. 8 ).
Maka perhatikanlah bahwa
Ibnu Sina tidak beriman kepada apa yang discbutkan dalam al-Qur’an dan apa yang
dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dia malah mengikuti dan
membela ajaran Ariestoteles, Syi’ah Qaramithah Bathiniyyah dan dia mati dalam
keadaan meyakini ajaran yang sesat tersebut.
Allah Subhana wa Ta’ala
berfirman :
“Barangsiapa mencari
agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama
itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (
Qs.Al-‘Imran : 85 ).
Mungkin Ada orang yang
berkata : “tidak boleh mengkafirkan seseorang dari ahli qiblat dengan sebab
satu dosa “kami jawab: Tetapi Ibnu Sina telah berbuat dosa-dosa besar dan telah
MURTAD dari Islam dan dia telah KUFUR I’TIQADIY, dan orang yang membela Ibnu
Sina berarti ia telah menjadi pengikutnya, dan bisa disamakan hukumnya dengan
dia (Lihat al-Wala’ wal Bara’fil Islam bab Nawaqidhul Islam hal : 75 oleh
Muhammad bin Sa’id bin Salim al-Qahthani MA cet. Daar Thayyibah dan al Imam
Akamuhu haqiqatuhu Nawaqidhuhu hal. 219 dan 241 olch Dr. Muhammad Na’im Yasin,
cet. V Mahtu-batul falaah 1407/1987).
KESIMPULANNYA
Apabila kita mau menilai sescorang maka kita wajib menilai dengan neraca yang adil yaitu al-Qur’an dan Sunnah. Tidak boleh kita menilai seseorang itu baik berdasarkan jasa-jasanya atau kehebatan maupun keahliannya, karena banyak sekali orang-orang kafir yang telah berjasa untuk kepentingan kaum Muslimin dan mereka tetap dikatakan kafir. Pertama kali kita nilai seseorang adalah tentang aqidahnya, benar atau salah, musyrik, kafir atau mu’min dan sesudah itu baru yang lainnya. Ibnu Sina menurut ukuran nilai Islam dia TELAH KAFIR, jadi Ibnu Sina bukanlah cendekiawan Muslim, tetapi CENDEKIAWAN KAFIR.
Apabila kita mau menilai sescorang maka kita wajib menilai dengan neraca yang adil yaitu al-Qur’an dan Sunnah. Tidak boleh kita menilai seseorang itu baik berdasarkan jasa-jasanya atau kehebatan maupun keahliannya, karena banyak sekali orang-orang kafir yang telah berjasa untuk kepentingan kaum Muslimin dan mereka tetap dikatakan kafir. Pertama kali kita nilai seseorang adalah tentang aqidahnya, benar atau salah, musyrik, kafir atau mu’min dan sesudah itu baru yang lainnya. Ibnu Sina menurut ukuran nilai Islam dia TELAH KAFIR, jadi Ibnu Sina bukanlah cendekiawan Muslim, tetapi CENDEKIAWAN KAFIR.
Ingat kita harus hati-hati
terhadap pengaruh Filsafat Ibnu Sina yang dikembangkan oleh para Orientalis dan
bertujuan untuk menyesatkan kaum Muslimin. Bila aqidah sudah hancur amal-pun
pasti akan gugur.!
Oleh :
Al-Ustadz Yazid Ibn Abdul Qodir Jawaz
Al-Ustadz Yazid Ibn Abdul Qodir Jawaz
Akh, ana mohon sumber rujukan di mana tulisan Ustadz Yazid tentang Ibnu Sina ini bisa diperoleh.
ReplyDeleteTabayyun dulu akhi... seram sekali mencap sana-sini kafir, ga takut ya berbalik ke diri sendiri kalau tuduhannya salah...
ReplyDeleteUst. Yazid rumahnya tetanggaan sama ana di bogor, kalau diskusi biasa aja ga se-menghakimi ini, tapi kalau di internet banyak tulisan kyk gini ngerujuknya ke beliau...
mending face to face belajar sama ustadnya akh.
:)
copas sana sini....dan mengkafirkan sana sini..luar biasa
ReplyDeletefilsafat bukan dipelajari hanya dengan beberapa kalimat sederhana, dan menyimpulkannya secara sederhana pula. Jika memang seperti itu hanya kutipan2 tanpa makna ya berarti ngawur dong