Thursday, March 15, 2012

AMBILLAH AKIDAHMU DARI QUR AN DAN SUNNAH

Oleh: Syaikh Muhammad Bin Jamil Zainu

Muqoddimah

بسم ا لله الر حمن ا لر حيم

Segala puji hanya bagi Allah ‘azza wa jalla tempat memuji, minta pertolongan dan mohon ampun. Kita berlindung dari kejahatan hawa nafsu dan kejelekan perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk.

Saya bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang haq selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Tulisan yang ada di tangan pembaca ini saya susun dalam bentuk tanya jawab yang didasari dengan dalil dari Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan harapan akan memantapkan pembaca dalam memperoleh jawaban yang benar dalam ‘aqidah, sebab ‘Aqidah Tauhid merupakan dasar kebahagiaan menusia di dunia maupun di akhirat.

Saya memohon kepada Allah agar risalah ini bermanfaat kaum muslimin menjadikannya amalan yang ikhlas karena Allah. Muhammad bin Jamil Zainu

(1). Hak Allah atas Hambanya

Soal 1: Mengapa dan untuk apa Allah menciptakan kita?
Jawab 1: Allah menciptakan kita agar kita beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya. Berdasarkan firman Allah:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
حق الله على العباد أن ي عبدوه ولا يشركوا به شيئا
“Hak Allah atas hamba-Nya adalah supaya hamba itu beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya.” (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim).

Soal 2: Apakah ibadah itu?
Jawab 2: Ibadah adalah kata atau istilah yang meliputi semua perkara yang dicintai oleh Allah, baik perkataan maupun perbuatan (lahir dan batin), seperti berdo’a, shalat, menyembelih hewan (kurban) dan sebagainya. Allah berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, kurbanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Pencipta alam semesta ini.” (Al-An’am: 162)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
و ما تقرب إلي عبدي بشيء أحب إلي مما افتر ضته عليه
“Tidaklah mendekatkan diri hamba-Ku kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan kepada-Nya.” (Hadits Qudsi riwayat Bukhari)

Soal 3: Bagaimana kita beribadah kepada Allah ?
Jawab 3: Beribadah kepada Allah adalah sebagaimana yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan janganlah kalian rusak amalan kalian!” (Muhammad: 33)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد
“Barangsiapa yang beramal tanpa ada perintah dari kami, maka tertolak.” (Hadits shohih riwayat Muslim).

Soal 4: Haruskah kita beribadah kepada Allah dengan rasa takut dan harap?
Jawab 4: Ya, demikianlah kita beribadah kepada-Nya sebagaimana Allah mensifati orang-orang mukmin:
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفاً وَطَمَعاً
“Mereka berdo’a kepada Allah dengan rasa takut dan harap.” (As-Sajdah: 16)

Dan sabda Rasulullah:
أسأل الله الجنة و أعوذ به من النار
“Aku memohon surga kepada Allah dan aku berlindung kepada-Nya dari neraka.” (Hadits shohih riwayat Abu Dawud).

Soal 5: Apa yang dimaksud ihsan dalam beribadah?
Jawab 5: Al-Ihsan adalah meyakini bahwa dirinya senantiasa diawasi oleh Allah dalam beribadah. Allah berfirman:
الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِين
“Dialah yang melihatmu ketika kami berdiri (untuk sholat) dan (melihat pula) perubahan gerak-gerik badanmu diantara orang-orang yang sujud.” (Asy-Syu’ara: 218-219)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ألإحسان أن تعبد الله مأنك تراه فان لم تكن تراه فانه يراك
“Ihsan itu adalah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Dan jika kamu tidak bisa melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (Hadits shohih riwayat Muslim)

(2). Macam-Macam Tauhid dan Faedahnya

Soal 1: Apa maksud Allah mengutus para Rasul?
Jawab 1: Allah mengutus para Rasul supaya mereka berda’wah mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah dan menjauhi syirik, sebagaimana firman Allah:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ
“Dan sungguh telah kami utus kepada setiap umat itu seorang rasul (agar menyeru kepada umat-nya): Beribadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah thaghut.” (An-Nahl: 36)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ألأنبياء إخوة …… ودينهم واحد {حديث صحيح متفق عليه
“Para Nabi itu bersaudara dan dien mereka satu.” (Hadits shohih riwayat Bukhori)

Soal 2: Apa yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyah?
Jawab 2: Tauhid Rububiyah adalah mentauhidkan Allah dalam seluruh perbuatan-Nya seperti menciptakan, memelihara dan sebagainya. Allah berfirman:
الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.” (Al-Fatihah: 2)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أنت رب اسموات ولأرض
“Engkaulah Rabb langit dan bumi.” (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim)

Soal 3: Apa yang dimaksud Tauhid Uluhiyah?
Jawab 3: Tauhid Uluhiyah adalah mentauhidkan Allah dalam beribadah seperti berdo’a, menyembelih kurban, bernadzar dan sebagainya. Allah berfirman:
وَإِلَـهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
“Dan Ilahmu itu adalah ilah yang satu, tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Dia yang Maha Pengasih dan Penyayang.” (Al-Baqarah: 163)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
فليكن أول ماتدعوهم إليه شهادة أن لاإله إلا الله
“Maka hendaklah yang pertama kamu serukan kepada mereka adalah persaksian bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah.” (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim)

Dan dalam riwayat Bukhari:
إلي أن يواحدوا الله
“Sampai mereka mentauhidkan Allah.”

Soal 4: Apa yang dimaksud dengan Tauhid Asma’ wa Shifatillah?
Jawab 4: Tauhid Asma’ dan Sifat adalah menetapkan semua sifat yang Allah tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau sebagaimana Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam mensifati-Nya dalam hadits shohih sesuai dengan hakekatnya tanpa ta’wil, tafwidh, tamtsil, dan tanpa ta’thil (*), seperti istiwa’, turun (ke langit dunia), dan lain-lain yang menuju pada kesempurnaan-Nya. Allah berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
“Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Dia, sedang Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura: 11)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ينزل الله في كل ليلة في سماء الدنيا
“Allah turun ke langit dunia pada setiap malam.” (Hadits shohih riwayat Muslim)

Maksudnya, turunnya Allah itu sesuai dengan kemuliaan-Nya, tidak menyerupai turunnya salah satu dari makhluk-Nya.

(*)
1. Ta’wil di sini yang dimaksud sesungguhnya adalah tahriif. Ahlul bid’ah sengaja menyebut diri mereka ahli ta’wil untuk melariskan kebid’ahan mereka. Padahal pada hakekatnya semua itu adalah tahriif. Arti tahriif adalah merubah lafazh (teks) dan makna (pengertian) nama-nama atau sifat-sifat Allah, seperti pernyataan golongan Jahmiyah (pengikut Jahm bin Sofwan) mengenai Istawa yang mereka ubah menjadi Istawla (menguasai), dan sebagian ahli bid’ah lain yang menyatakan arti al-ghadhab (marah) bagi Allah adalah kehendak untuk menyiksa, dan makna ar-rahmah adalah kehendak memberi nikmat. Semua ini adalah tahriif. Yang pertama tahriif lafzhi (tekstual) dan yang berikutnya adalah tahriif secara makna.

2. Tafwidh artinya menyandarkan makna atau interpretasi dari kalimat-kalimat yang menunjukkan nama dan sifat Allah Ta’ala kepada Allah. Misalnya, kalimat يذ الله (tangan Allah), yang mengetahui maknanya adalah Allah. Pernyataan ini adalah ucapan ahlul bid’ah yang paling buruk. Tidak ada satupun salafus shaleh yang berbuat demikian. Bahkan seperti yang ditegaskan oleh Imam Malik ketika ditanya, bagaimana istiwa’ itu? Beliau menjawab, istiwa’ sudah kita ketahui maknanya, al-kaifu (bagaimana hakekatnya) tidak dikenal, beriman bahwa Allah istiwa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy hukumnya wajib. Mempertanyakan bagaimana (hakekat bentuknya) adalah bid’ah.

3. Tamtsil artinya menyerupakan atau menyamakan. Maksudnya menetapkan adanya sifat-sifat Allah dan menyatakan sifa-sifat itu sama dengan sifat makhluk-Nya. Sedangkan prinsip Ahlus Sunnah dalam menyatakan bahwa Zat Allah tidak sama seperti zat kita atau mirip zat kita dan seterusnya. Begitupula dengan sifat-Nya. Ahlus Sunnah tidak mengatakan bahwa sifat Allah seperti sifat yang ada pada kita. Kita tidak akan mengatakan tangan-Nya seperti tangan kita, kaki-Nya seperti kaki kita dan seterusnya. Namun wajib atas setiap mu’min untuk tetap berpedoman dengan firman Allah:
ليس كمثله شي ء
“Tidak ada satupun yang serupa dengan-Nya.” (Asy-Syura: 11)

هل تعلم له سميا
“Adakah kamu tahu ada yang sama dengan-Nya?” (Maryam: 65)
Adapun maksud kedua ayat ini adalah bahwasanya tidak ada satupun yang menyerupai dan menyamai-Nya.

4. Ta’thil artinya meniadakan dan menghapus atau mengingkari semua sifat dari Allah. Jahmiyah dan orang-orang yang mengikutinya melakukan hal ini. Karena itulah mereka dinamakan juga Mu’aththilah (pelaku ta’thil). Pendapat mereka ini sangat jelas kebaitlannya. Tidak mungkin di dunia ini ada satu zat yang tidak mempunyai sifat. Al-Qur’an dan As-Sunnah menyebutkan adanya sifat-sifat Allah itu dan sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya.

5. Kami tambahkan di sini satu prinsip lagi yang belum disebutkan Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu yaitu At-Takyiif yang artinya mempertanyakan ‘bagaimana bentuk hakekat’ sifat Allah yang sesungguhnya. Maka diantara prinsip Ahlus Sunnah dalam masalah sifat ini adalah tidak mempertanyakan: Bagaimana istawa’ Allah, bagaimana tangan-Nya, bagaimana wajah-Nya? Dan seterusnya. Karena membicarakan sifat itu sama halnya dengan membicarakan zat. Sehingga, sebagaimana Allah mempunyai Zat yang tidak kita ketahui hakekat bentuknya, maka demikian pula sifat-sifat-Nya, kita tidak mengetahui bagaimana hakekat dan bentuk atau wujud sifat itu sesungguhnya. Dan juga karena tidak ada yang mengetahui hal itu kecuali Allah, maka semua itu harus diiringi pula dengan keimanan kita terhadap hakekat maknanya. (Maksudnya, arti kata dari sifat itu kita ketahui tapi hakekat bentuk atau wujudnya seperti apa kita tidak tahu, wallahu a’lam -ed).

Soal 5: Dimana Allah?
Jawab 5: Allah itu tinggi di atas ‘Arsy di atas langit. Firman Allah:
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“Ar-Rahman (yang Maha Pengasih) yang tinggi di atas ‘Arsy.” (Thaaha: 5)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إن الله كتبا …… فهو عنده فوق العرش
“Sesungguhnya Allah telah menuliskan takdir, dan kitab catatan takdir itu ada di sisi-Nya di atas ‘Arsy.” (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim)

Soal 6: Apakah Allah bersama kita?
Jawab 6: (Ya). Allah bersama kita dengan pendengaran-Nya, penglihatan-Nya dan ilmu-Nya (**), seperti firman Allah:
قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى
“Janganlah kamu berdua takut, karena sesungguhnya Aku bersama kamu berdua (Musa dan Harun) sedangkan aku mendengar dan melihat.” (Thaha: 46)

Dan sabda Rasulullah:
إنكم تدعون سميعا قريبا وهو معكم )أي بعلمه(
“Sesungguhnya kalian berdo’a kepada yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat, dan Dia senantiasa bersama kalian (yakni, dengan ilmu-Nya).” (Hadits riwayat Muslim)

(**) Maksudnya di sini, Allah mendengar semua pembicaraan (rahasia maupun terang-terangan), melihat dan mengetahui semua tindak tanduk hamba-hamba-Nya, wallahu a’lam.

Soal 7: Apa faedah tauhid?
Jawab 7: Faedah tauhid adalah untuk memperoleh keamanan dan keselamatan dari siksa di akhirat, mendapatkan hidayah (petunjuk) Allah di dunia dan menutup atau menghapus dosa-dosa. Firman Allah:
الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَـئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-An’am: 82)

“Kezaliman” yang dimaksud dalam ayat ini adalah kesyirikan. Sebagaimana disebutkan dalam shahih dari Ibnu Mas’ud ketika dibacakan ayat ini, mereka mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, siapa dari mereka yang selamat dari kezhaliman? Tapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
ليس كما تقولون ، ألم تسمعوا قول لقمان
Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
حق العباد على الله أن لا يعذب من لا يشرك به شيأ
“Hak hamba atas Allah adalah bahwa Allah tidak akan mengadzab orang yang tidak berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya.” (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim)

(3). Syarat-Syarat Diterimanya Amal

Soal 1: Apa syarat-syarat diterimanya amal?
Jawab 1: Syarat diterimanya suatu amal di sisi Allah ada tiga, yaitu:

* 1. Beriman kepada Allah dan mentauhidkan-Nya. Firman Allah:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلاً
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh bagi mereka surga Firdaus menjadi tempat tinggalnya.” (Al-Kahfi: 107)
Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
قل آمنت بالله ثم استقم
“Katakanlah aku beriman kepada Allah kemudian tetaplah istiqomah (teguh di atas al-haq).” (Hadits riwayat Muslim)

* 2. Ikhlas, yaitu beramal karena Allah bukan karena ingin dilihat atau didengar orang lain. Allah berfirman:

إِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصاً لَّهُ الدِّينَ
“Beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (Az-Zumar: 2)

* 3. Sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman:

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا
“Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (Al-Hasyr: 7)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد
“Barangsiapa yang beramal tanpa ada perintah dari kami, maka tertolak.” (Hadits shohih riwayat Muslim)

(4). Syirik Akbar

Soal 1:Apa dosa yang paling besar di sisi Allah?
Jawab 1: Dosa yang paling besar adalah syirik kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan ketika Luqman berkata kepada anaknya, wahai anakku janganlah kamu mempersekutukan (syirik) kepada Allah dan sesungguhnya syirik itu merupakan kezaliman yang paling besar.” (Luqman: 13)

Dan sabda Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam ketika beliau ditanya:
أي الذنب أعظم? قال أن تجعل لله ندا وهو خلقكز
“Dosa apa yang palng besar? Beliau berkata: (Yaitu) kamu mengadakan tandingan bagi Allah padahal Dialah yang telah menciptakanmu.” (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim)
Kata نِدًّا (tandingan) pada hadits tersebut bermakna “sekutu”.

Soal 2: Apakah syirik akbar itu?
Jawab 2: Syirik Akbar (besar) adalah beribadah kepada selain Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah, meminta berkah (keberuntungan, syafa’at, perlindungan dan lain-lain) kepada orang yang mati atau masih hidup tapi tidak berada di tempat orang yang meminta (tidak ada di dekatnya). Firman Allah:
وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً
“Beribadahlah kepada Allah dan jangan kamu sekutukan Dia dengan sesuatu apapun.” (An-Nisa’: 36)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من أكبر الكبائر الشرك بالله
“Diantara dosa-dosa besar yang paling besar adalah berbuat syirik kepada Allah.” (Hadits riwayat Bukhari)

Soal 3: Apakah syirik itu bercokol pada umat sekarang ini?
Jawab 3: Benar, dalilnya adalah firman Allah:
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللّهِ إِلاَّ وَهُم مُّشْرِكُونَ


“Dan kebanyakan dari mereka tidak beriman kepada Allah, kecuali mereka dalam keadaan berbuat syirik.” (Yusuf: 106)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لا تقوم الساعة حتى تلحق قبائل من أمتي بالمشركين، و حتى تعبد الأوثان
“Tidak akan terjadi hari kiamat, sehingga segolongan besar dari umatku bergabung dengan orang-orang musyrik dan ikut menyembah berhala.” (Hadits shohih riwayat Tirmidzi)

Soal 4: Apa hukum berdo’a kepada orang yang mati atau ghaib?
Jawab 4: Berdo’a kepada orang yang mati atau ghaib itu termasuk syirik akbar, sebagaimana firman Allah:
وَلاَ تَدْعُ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَنفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذاً مِّنَ الظَّالِمِينَ
“Dan janganlah kamu berdo’a kepada selain Allah sesuatu yang tidak memberimu manfaat dan memberimu madharat; sebab jika kamu melakukan (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (Yunus: 106)

Yang dimaksud الظَّالِمِينَ (orang-orang yang zhalim) dalam ayat tersebut adalah orang-orang yang musyrik.

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من مات وهو يدعو من دون الله ندا دخل النار
“Barangsiapa yang mati sedang dia menyeru atau berdo’a kepada tandingan selain Allah, pasti dia masuk neraka.” (hadits shohih riwayat Bukhari)

Soal 5: Apakah do’a itu ibadah?
Jawab 5: Ya, do’a itu ibadah, sebagaimana firman Allah:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Berdo’alah kepada-Ku akan kupenuhi permintaanmu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina.” (Ghafir: 60)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
الدعاء هو العبادة
“Do’a itu ibadah.” (Hadits shohih riwayat Ahmad dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits tersebut hasan shohih)

Soal 6: Apakah orang mati itu bisa mendengarkan do’a?
Jawab 6: Mereka tidak bisa mendengar, dalilnya firman Allah:
إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلَا تُسْمِعُ
“Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar.” (An-Naml: 80)

وَمَا أَنتَ بِمُسْمِعٍ مَّن فِي الْقُبُورِ
“Dan kamu sekali-kali tidak sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.” (Terj. Faathir: 22)

(5). Macam-Macam Syirik Akbar

Soal 1: Bolehkah kita ber-istighatsah (meminta keselamatan dari kesulitan dan kebinasaan) kepada orang mati atau ghaib?
Jawab 1: Tidak boleh, sebagaimana firman ‘Azza wa Jalla:
وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ لاَ يَخْلُقُونَ شَيْئاً وَهُمْ يُخْلَقُونَ . أَمْواتٌ غَيْرُ أَحْيَاء وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
“Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun. Berhala-berhala itu sendiri dibuat orang. Berhala-berhala itu adalah benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak dapat mengetahui kapankah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan.” (An-Nahl: 20-21)

إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ
“Ingatlah ketika kamu mohon pertolongan kepada Rabb-mu, maka Dia mengabulkan permintaanmu.” (Al-Anfaal: 9)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
يا حي يا قيوم برحمتك أستغيث .حديث حسن رواه الترمذي
“Wahai yang Maha Hidup, wahai yang Maha Berdiri sendiri, dengan rahmat-Mu aku ber-istighatsah (meminta pertolongan).” (Hadits riwayat Tirmidzi)

Soal 2: Bolehkah kita melakukan isti’anah (minta perotolongan) kepada selain Allah?
Jawab 2: Tidak boleh, sebagaimana firman Allah:
وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ لاَ يَخْلُقُونَ شَيْئاً وَهُمْ يُخْلَقُونَ . أَمْواتٌ غَيْرُ أَحْيَاء وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
“Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun. Berhala-berhala itu sendiri dibuat orang. Berhala-berhala itu adalah benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak dapat mengetahui kapankah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan.” (An-Nahl: 20-21)

Dan firman Allah:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.” (Al-Fatihah: 5)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إذا سألت فسأل الله، وإذا استعنت فاستعن بالله.حديث صحيح رواه الترمذي
“Apabila kamu meminta, maka mintalah kepada Allah dan bila kamu meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah.” (Hadits riwayat Tirmidzi: hasan shohih)

Soal 3: Bolehkah kita minta pertolongan kepada orang hidup?
Jawab 3: Boleh, selama dalam batas kemampuannya, sesuai dengan firman Allah:
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Tolong-menolonglah dalam berbuat baik dan taqwa dan janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.” (Al-Maidah: 2)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
والله في عون العبد، ما كان العبد في عون أخيه.حديث صحيح رواه مسلم
“Allah itu akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.” (Hadits shohih riwayat Muslim)

Soal 4: Bolehkah kita bernadzar untuk selain Allah?
Jawab 4: Tidak boleh, dalilnya firman Allah:
إِذْ قَالَتِ امْرَأَةُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّراً
“Ya Rabb-ku, sesungguhnya aku manadzarkan kepada-Mu apa yang ada di dalam perutkku menjadi penjaga Baitil Maqdis.” (Ali Imran: 35)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من نذرا عن يطيع الله فليطعه، ومن نذر أن يعصيه فلا يعصه .حديث صحيح رزاه البخاري
“Barangsiapa yang bernadzar kepada Allah untuk mentaati-Nya, maka taatilah dan barangsiapa yang bernadzar untuk bermaksiat kepada-Nya, maka janganlah bermaksiat kepada-Nya.” (Hadits shohih riwayat Bukhari)

Soal 5: Bolehkah kita menyembelih kurban untuk selain Allah?
Jawab 5: Tidak boleh, dalilnya firman Allah:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka shalatlah karena Rabb-mu dan berkurbanlah.” (Al-Kautsar: 2)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لعن الله من ذبح لغير الله.رواه مسلم
“Allah melaknat orang yang menyembelih kurban untuk selain Allah.” (Hadits riwayat Muslim)

Soal 6: Bolehkah kita melakukan thawaf di kuburan?
Jawab 6: Tidak boleh kita thawaf kecuali di Ka’bah, dalilnya firman Allah:
وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ
“Dan berthawaflah di rumah yang kuno (Ka’bah) ini.” (Terj. Al-Hajj: 29)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من طاف بالبيت سبعا و صلى ركعتين، كان كعتق رقبلة .حديث صحيح رواه إبن ماجه
“Barangsiapa yang thawaf di Ka’bah tujuh kali dan shalat dua raka’at, adalah pahalanya seperti memerdekakan seorang budak.” (Hadits riwayat Ibnu Majah: shohih)

Soal 7: Apa hukum sihir?
Jawab 7: Sihir termasuk kufur (perbuatan kekafiran), dalilnya firman Allah:
وَلَـكِنَّ الشَّيْاطِينَ كَفَرُواْ يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ
“Akan tetapi syetan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” (Al-Baqoroh: 102)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اجتنبوا السبع المبيقات الشرك بالله و السحر…. .حديث صحيح رزاه مسلم
“Jauhilah tujuh hal yang membinasakan (yaitu) syirik kepada Allah, sihir, …..” (Hadits shohih riwayat Muslim)

Soal 8: Bolehkah kita membenarkan (mempercayai) para peramal (apranormal) dan dukun tentang ilmu ghaib?
Jawab 8:
قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
“Katakanlah: Tidak ada seorangpun di langit dan yang di bumi yang mengetahui tentang yang ghaib itu kecuali Allah.” (An-Naml: 65)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من أتى عرافا، أو كاهنا، فصدقه بما يقول، فقد كفر بما أنزل على محمد .حديث صحيح رواه أحمد
“Barangsiapa yang mendatangi para peramal dan dukun, kemudian dia membenarkan apa yang dikatakannya, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (Hadits riwayat Ahmad: shohih)

Soal 9: Adakah yang dapat mengetahui perkara ghaib?
Jawab 9: Tidak ada satupun yang mengetahui tentang yang ghaib kecuali orang yang dikehendaki oleh Allah dari rasul-rasul-Nya. Allah berfirman:
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَداً . إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدا
“Dialah yang mengetahui yang ghaib dan tidak seorangpun yang diberitahu tentang keghaiban itu kecuali orang yang dikehendaki-Nya daripara Rasul.” (Jin: 26-27)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لا يعلم الغيب إلا الله .حديث حصن رواه الطبراني
“Tidak ada yang mengetahui perkara ghaib kecuali Allah.” (Hadits riwayat Thabrani: hasan)

Soal 10: Bolehkah kita memakai benang dan kalung untuk mengobati penyakit (tolak bala)?
Jawab 10: Tidak boleh, dalilnya firman Allah:
وَإِن يَمْسَسْكَ اللّهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ
“Jika Allah menimpakan kepadamu musibah, maka tidak ada yang bisa menolaknya kecuali Dia.” (Al-An’am: 17)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أما إنها لا تزيدك إلا وهنا، إنبذها عتك، فإنك لو مت ما أفلحت أبدا .حديث صحيح رواه الحاكم و صحيحه و وافقه الذهبي
“Ketahuilah, sesungguhnya semua itu hanya akan menambah kelemahan saja, buanglah ia karena sesungguhnya jika kamu mati sedang kamu masih memakainya, maka kamu akan merugi selamanya.” (Hadits riwayat Hakim: shohih)

Soal 11: Bolehkah menggantungkan jimat-jimat atau yang lain yang sejenisnya?
Jawab 11: Tidak boleh, dalilnya firman Allah:
وَإِن يَمْسَسْكَ اللّهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ
“Jika Allah menimpakan kepadamu musibah, maka tidak ada yang bisa menolaknya kecuali Dia.” (Al-An’am: 17)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من علق تميمة فقد أشرك.حديث صحيص رواه أحمد
“Barangsiapa yang menggantungkan diri pada jimat, maka dia telah musyrik.” (Hadits riwayat Ahmad)
التميمة (jimat, susuk, dan sejenisnya) adalah segala sesuatu yang digantungkan atau dipergunakan untuk menangkal ‘ain (gangguan akibat pandangan mata).

Soal 12: Apa hukumnya beramal berdasarkan undang-undang atau aturan yang menyelisihi hukum Islam?
Jawab 12: Melakukannya adalah kafir apabila ia mengizinkannya atau meyakini kebenarannya, dengan dalil firman Allah:
وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللّهُ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, mereka itu adalah orang kafir.” (Al-Ma’idah: 44)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
وما لم تحكم ألؤئمتكم بكتاب الله، ويتخيروا مما أنزل الله، إلا حعل الله بأسهم بينهم .حديث دحسن رواه إبن ماحه و غيره
“Dan apabila para pemimpin mereka tidak menghukumi dengan kitab Allah dan tidak pula memilih dari apa yang diturunkan Allah melainkan Allah akan menimpakan kekerasan yang terjadi antara sesama mereka.” (Hadits riwayat Ibnu Majah dan yang lainnya: hasan)

Soal 13: Bagaimana menolak gangguan syetan yang menanyakan: Siapa yang menciptakan Allah?
Jawab 13: Apabila syetan membisikkan pertanyaan itu pada salah seorang diantara kamu, maka mintalah perlndungan kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah:
وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan jika syetan itu mengganggumu, maka mintalah perlindungan kepada Allah, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Fushshilat: 36)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan pada kita cara menolak tipu daya syetan dengan mengucapkan:
آمنت بالله و رسوله، الله أحد، الله الصمد، ام يلد، ولم يولد، ولم يكن له كفوا أحد. ثم ليتفل عن يساره ثلاثا، وليستعذ من الشيطان، وليمته، فإن ذلك يذهب عنه.
“Aku beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, Allah itu Maha Esa, Allah tempat bergantung, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak seorangpun yang menyamai-Nya ‘ Kemudian meludah ke kiri tiga kali.”
Maka dia akan terbebas dari godaan syetan. Ini adalah ringkasan hadits-hadits shohih yang dikeluarkan oleh Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud.

Soal 14: Apa bahaya syirik besar?
Jawab 14: Syirik besar menyebabkan kekal di neraka, dengan dalil firman Allah:
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُواْ اللّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَار
“Sesungguhnya orang yang musyrik kepada Allah maka Allah mengharamkan surga baginya dan tempat tinggalnya adalah neraka dan tidak ada seorang penolongpun bagi orang-orang yang zalim.” (Al-Ma’idah: 72)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
و من لقي الله يشرك به شيئا دخل النار .حديث صحيح رواه مسلم
“Barangsiapa yang menghadap Allah dalam keadaan berbuat syirik, pasti dia akan masuk neraka.” (Hadits shohih riwayat Muslim)

Soal 15: Bermanfaatkah amal yang disertai syirik?
Jawab 15:
ذَلِكَ هُدَى اللّهِ يَهْدِي بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Qudsi:
قال الله تعالى أنا أغنى الشركاء عن الشرك. من عمل عملا أشرك معي فيه غيري تركته و شركه .حديث صحيح رواه مسلم
“Allah berfirrman: Aku tidak butuh pada sekutu-sekutu itu, barangsiapa beramal dengan suatu amalan dan mempersekutukan Aku dengan yang lainnya dalam amalan itu, maka akan Kutinggalkan dia bersama sekutunya.” (Hadits shohih riwayat Muslim)
_______________
Artikel www.muslimah.or.id

No comments:

Post a Comment