Tuesday, June 19, 2012

Jama’ah Tabligh Mengajarkan Syirik dan Bid’ah


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Di bawah ini adalah sebuah kisah dari sekian banyak kisah yang mengandung ajaran syirik dan bid’ah yang disebarkan oleh Jama’ah Tabligh, terdapat dalam sebuah kitab yang sering dibawa oleh jama’ah ini dari satu masjid ke masjid lainnya, yaitu kitab Fadhail Al-A’mal, disebutkan pada halaman 484:
“Dari Syaikh Waliullah yang berkata dalam kitab Qaulul Jamil: “Ayah saya telah berkata bahwa ketika saya baru belajar suluk, dalam satu nafas dianjurkan supaya membaca Laa ilaaha illallah sebanyak dua ratus kali,”
Syaikh Abu Yazid Qurtubhi berkata: “Saya mendengar bahwa barang-siapa membaca kalimat Laa ilaaha illallah sebanyak 70.000 kali, ia akan terbebas dari api neraka. Setelah mendengar hal itu, saya membaca untuk istri saya sesuai dengan nishab[1] tersebut. Tidak lupa, saya juga membaca untuk nishab diri saya sendiri.
Di dekat saya, tinggal seorang pemuda yang terkenal sebagai ahli kasyaf.[2] Dia juga kasyaf tentang surga dan neraka. Namun saya agak meragukan kebenarannya. Pada suatu ketika, pemuda tersebut ikut makan bersama kami. Tiba-tiba ia berkata dan meminta kepada saya sambil berteriak, katanya: “Ibu saya masuk neraka, dan telah saya saksikan keadaannya.”
Karena melihat kegelisahan pemuda tersebut, saya berpikir untuk membacakan baginya satu nishab bacaan saya untuk menyelamatkan ibunya, di samping juga untuk mengetahui kebenaran mengenai kasyaf-nya. Maka, saya membacanya sebanyak 70.000 kali sebagai nishab yang saya baca untuk diri saya itu, guna saya hadiahkan kepada ibunya. Saya meyakini dalam hati bahwa ibunya pasti selamat. Tidak ada yang mendengar niat saya ini kecuali Allah subhanahu wa ta’ala. Setelah beberapa waktu, pemuda tersebut berteriak, “Wahai paman, wahai paman, ibu saya telah bebas dari api neraka.”
Dari pengalaman itu, saya memperoleh dua manfaat: Pertama, saya menjadi yakin tentang keutamaan membaca Laa ilaaha illallah sebanyak 70.000 kali, karena sudah terbukti kebenarannya. Kedua, saya menjadi yakin bahwa pemuda tersebut benar-benar seorang ahli kasyaf.”[3]
Bahaya Besar dalam Kisah Ini:
  1. Perbuatan Syirik kepada Allah Rabbul ‘alamin
Kesyirikan dalam kisah di atas adalah klaim mengetahui ilmu ghaib yang mereka namakan kasyaf, bahkan dapat mengetahui keadaan seseorang apakah masuk surga atau neraka, padahal telah dimaklumi bersama bahwa hal itu termasuk perkara ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah ta’ala, sebagaimana firman-Nya:
قُلْ لا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ الْغَيْبَ إِلا اللَّهُ 
“Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”.” [An-Naml: 65]
Al-Imam Ibnu Katsir Asy-Syafi’i rahimahullah menjelaskan dalam Tafsir-nya:
يقول تعالى آمرًا رسوله صلى الله عليه وسلم أن يقول معلمًا لجميع الخلق: أنه لا يعلم أحد من أهل السموات والأرض الغيب. وقوله: { إِلا اللَّهَ } استثناء منقطع، أي: لا يعلم أحد ذلك إلا الله، عز وجل، فإنه المنفرد بذلك وحده، لا شريك له، كما قال: { وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ } الآية [الأنعام: 59]، وقال: { إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ } [لقمان: 34]، والآيات في هذا كثيرة
“Allah ta’ala berfirman seraya memerintahkan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam untuk mengajarkan kepada seluruh makhluk, bahwasannya tidak ada satupun penduduk langit dan bumi yang mengetahui perkara ghaib. Dan firman Allah ta’ala, “(Tidak ada penduduk langit dan bumi yang mengetahui perkara ghaib) keuali Allah” adalah sebuah pengecualian yang terputus, yaitu bermakna: Tidak ada satupun yang mengetahui perkara ghaib kecuali Allah ‘azza wa jalla, sesungguhnya Dia esa dalam perkara ilmu tentang yang ghaib, tidak ada sekutu bagi-Nya, sebagaimana firman-Nya:
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri” [Al-An’am: 59]
Dan juga firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ 
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” [Luqman: 34]
Dan ayat-ayat tentang ini masih banyak.” [Tafsir Ibnu Katsir, 6/207]
Dari penjelasan di atas maka jelaslah bahwa ilmu tentang perkara ghaib adalah suatu kekhususan bagi Allah ta’ala, sehingga jika ada makhluk yang mengklaim mengetahui perkara ghaib berarti dia telah menyamakan dirinya dengan Allah ta’ala.
Demikian pula apabila seseorang meyakini ada selain Allah ta’ala yang mengetahui perkara ghaib berarti dia telah menyamakan Allah ta’ala dengan orang tersebut. Inilah hakikat kesyirikan, yaitu menyamakan Allah ta’ala dalam perkara yang merupakan kekhususan bagi Allah ta’ala.
Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menghukumi kafir terhadap orang yang mempercayai ucapan dukun dan peramal tentang perkara ghaib yang akan terjadi di masa depan, sebagaimana dalam sabda beliau shallallahu’alaihi wa sallam:
من أتى عرافًا أو كاهنًا، فصدقه بما يقول فقد كفر بما أنزل على محمد صلى الله عليه وسلم 
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun, lalu dia membenarkan ucapannya, maka dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad –shallallahu’alaihi wa sallam-.” [HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dishahihkan Asy-Syaikh Albani dalam Shahih At-Targhib, no. 3047]
Adapun sebagian perkara ghaib yang disampaikan oleh para Rasul -baik Rasul dari kalangan manusia maupun malaikat yang diutus untuk menyampaikan wahyu- maka itu bukanlah suatu ilmu yang dapat mereka ketahui sendiri melainkan itu adalah ilmu yang Allah ta’ala wahyukan kepada mereka, sebagaimana firman-Nya:
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا إِلا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ 
“(Dia adalah Allah) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridai-Nya” [Al-Jin: 26-27]
Jadi, sebagian ilmu ghaib yang diketahui oleh makhluk adalah kekhususan bagi sebagian makhluk saja, yaitu para Rasul, bukan manusia biasa. Itupun mereka dapatkan melalui wahyu, bukan karena suatu amalan khusus, seperti dzikir tertentu dengan jumlah tertentu dan cara tertentu sebagaimana dalam kisah Jama’ah Tabligh di atas.
Sehingga para Rasul tidak mengetahui perkara ghaib kecuali yang telah Allah ta’ala wahyukan kepada mereka, maka kita tidak boleh meyakini para Rasul mengetahui perkara ghaib sebagaimana Allah ta’ala mengetahuinya. Bahkan Rasul yang paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam secara khusus diperintahkan oleh Allah ta’ala untuk mengabarkan kepada manusia bahwa beliau tidak mengetahui perkara ghaib, sebagaimana firman-Nya:
قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلا ضَرًّا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ 
“Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”.” [Al-A’rof: 188]
Inilah salah satu bentuk kesyirikan yang diajarkan oleh Jama’ah Tabligh. Dan diantara bahaya perbuatan syirik adalah menghapuskan seluruh kebaikan yang pernah diamalkan oleh pelakunya, sebagaimana firman Allah ta’ala:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ 
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu menyekutukan Allah, niscaya terhapuslah amalanmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” [Az-Zumar: 65]
Maka melalui tulisan ini kami nasihatkan kepada Jama’ah Tabligh secara khusus dan kaum muslimin secara umum untuk meninggalkan jama’ah yang mengajarkan kesyirikan ini dan berhati-hati darinya.
Adapun bahaya syirik lainnya dan bentuk-bentuknya dapat dilihat dalam artikel berikut:
  • PERINGATAN DARI BAHAYA SYIRIK (1) [Link:http://nasihatonline.wordpress.com/2010/07/01/peringatan-dari-bahaya-syirik-1/ ]
  • PERINGATAN DARI BAHAYA SYIRIK (2) [Link:http://nasihatonline.wordpress.com/2010/07/01/peringatan-dari-bahaya-syirik-2/ ]
  • PERINGATAN DARI BAHAYA SYIRIK (Ceramah) [Link:http://nasihatonline.wordpress.com/2010/07/13/peringatan-dari-bahaya-syirik-ceramah/ ]
  1. Perbuatan Bid’ah dalam Agama
Ulama seluruhnya sepakat[4] bahwa ibadah tidak dianggap syah apabila tidak memenuhi dua syarat:
Pertama: Ikhlas karena Allah ta’ala.
Kedua: Meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
Penjelasan syarat  syahnya ibadah lebih detail dapat dilihat pada artikel:
  • Syarat Diterimanya Ibadah
    Link: http://nasihatonline.wordpress.com/2010/07/03/syarat-diterimanya-ibadah/
  • Syarat Diterimanya Ibadah (Ceramah)
    Link: http://nasihatonline.wordpress.com/2010/07/13/syarat-diterimanya-ibadah-ceramah/
Maka tidak cukup dalam ibadah hanya dengan modal ikhlas saja, tetapi harus disertai dengan peneladanan terhadap Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Sehingga apabila seseorang beribadah kepada Allah ta’ala dengan niat yang ikhlas namun tidak meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam maka tidak diterima amalannya, sebagaimana sabda beliau shallallahu’alaihi wa sallam:
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang mengada-adakan perkara baru dalam agama kami ini apa yang tidak berasal darinya maka ia tertolak.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]
Juga sabda beliau shallallahu’alaihi wa sallam:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَد
“Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak kami perintahkan maka amalan tersebut tertolak.” [HR. Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]
Inilah bahaya perbuatan bid’ah dalam agama, yaitu tertolaknya amalan bid’ah karena tidak meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Sangat mengherankan, Jama’ah Tabligh yang katanya mau meneladani dakwah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu’anhum, ternyata dakwah mereka sangat bertentangan dengan ajaran Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan teladan para sahabat radhiyallahu’anhum.
Dalam kisah di atas, terdapat beberapa bentuk bid’ah:
1)     Membaca Laa ilaaha illallah dalam satu nafas.
2)     Menentukan jumlah dzikir 200 kali.
3)     Menentukan jumlah dzikir 70.000 kali.
4)   Berdzikir untuk orang lain (sebagai hadiah), baik yang masih hidup maupun sudah mati.
5)   Menetapkan keyakinan dan amalan tanpa berdasarkan dalil, tetapi melalui kasyaf yang syirik.
Ini semuanya bid’ah, tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu’anhum.
Adapun bahaya perbuatan bid’ah dapat dilihat pada artikel Peringatan dari Bahaya Bid’ah.
Link: http://nasihatonline.wordpress.com/2010/08/01/peringatan-dari-bahaya-bid’ah/
Jika amalan terhapus karena syirik dan tertolak karena bid’ah, maka apa yang bisa diharapkan dari jama’ah yang mengajarkan syirik dan bid’ah ini!?
Demikianlah, apabila dakwah tidak dilandasi dengan ilmu maka kerusakannya lebih besar dibanding kebaikannya, bahkan yang lebih parah lagi, ketika mereka berbuat kerusakan mereka anggap sedang melakukan perbaikan.
Semoga pembahasan ringkas ini dapat menjadi renungan bagi Jama’ah Tabligh dan seluruh kaum muslimin.
Wallahul Muwaffiq.


[1] Nishab artinya bahagian

[2] Ahli kasyaf adalah seseorang yang mampu melihat segala hal ghaib, karena hijab telah diangkat darinya. Begitulah anggapan mereka, namun hakekatnya semua itu adalah bohong belaka.

[3] Kisah dan catatan kaki dinukil melalui perantara sebuah tulisan yang berjudul Kitab Fadha`il Al-A’mal dalam Timbangan As-Sunnah karya Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi  hafizhahullah di majalah Asy-Syari’ah.

[4] Lihat Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah, hal. 115 pada syarah hadits kelima.

8 comments:

  1. blog ini sama dengan bloq nasihat omline. sy akan jawab. karena jawaban saya dibloq nasihatonline tidak dicantumkan

    ReplyDelete
  2. Asslamualaikum wr.wb.
    Sangat saya sayangkan coment seorang ustad (menolak tabayun dgn hujah yg lemah) mempunyai prilaku sombong. Dimana prilaku ini hanya dimiliki iblis laknatullah. saya sarankan antum utk tabayum keustad JT. Tabayun adalah cara yg dilakukan oleh nabi saw dan sahabatnya. Banyak sekali kisah tentang ini. Salah satunya kisah Umar bin khatab selalu memanggil bawahannya untuk melakukan tabayun terhadap tuduhan masyarakat kepada bawahannya. (silahkan baca buku tentang umar bin khatab).
    Berikut dalil yg anda kemukakan tentang seorang yg kasyaf dibuku jemaah tabliqh :

    A. Katakanlah : Tidak ada seorangpun yg dilangit dan dibumi yg mengetahui perkara yg ghaib kecuali Allah ( QS An-naml 65) dan

    B. Dan pada sisi Allah lah kunci-kunci semua yang gaib tidak ada yg mengetahuinya kecuali Dia sendiri (QS: Al-an’am 59).

    C. Dia adalah Allah yang mengetahui yg ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang gaib itu kecuali kpd rasul yg diridhoi-Nya

    Lalu ustad mentafsirkan ayat A dan B ini sbb “ …. apabila seseorang meyakini ada selain Allah ta’ala yg mengetahui perkara ghaib berarti dia telah menyamakan Allah ta’ala dengan org tersebut . Inilah hakikat syirik….dst
    Dan ayat yg C adalah selain Allah dan rasulNYA tidak ada yg bisa.

    Tanggapan :
    Menangapi ucapkan ustad, saya melihat cara ustad berhujjah dan bertauhid belum begitu benar. Sehingga anda mengartikan ayat Al-Quran tersebut seenak perut ustad. Saya tidak menyangkal sedikitpun kebenaran ayat tersebut . adapun yg saya sangkal cara ustad mentafsirkan ayat tersebut tanpa ilmu. ( ada 15 bidang ilmu yg harus anda kuasi jika anda ingin menafsirkan Al-Quran)

    Saya akan mencoba mengemukan alasan bahwa hujjah2 ustad lemah, dan jahil dengan cara yg berbeda . yaitu dgn cara / mengunakan pendekatan ilmu aksiologi (logika, etika (adab) dan estetika (nilai kebenaran /Iman).

    Teksnya adalah “….Pada suatu ketika, pemuda (ahli kasyaf) tersebut ikut makan bersama kami. Tiba-tiba ia berkata dan meminta kepada saya sambil berteriak, katanya: “Ibu saya masuk neraka, dan telah saya saksikan keadaannya.”
    ( note : ahli kasyaf adalah julukan orang kepadanya bukan pengakuan pemuda tsb)

    Mari kita analisa suatu masalah, khususnya pemuda yg mempunyai ilmu kasyaf yg tertuang difadhail amal sbb:

    1. ILMU LOGIKA.
    Apakah tidak masuk diakal anda, bahwa Allah itu maha berkehendak dan maha memberi kepada siapa saja yg Dia kehendaki dan dengan cara apa saja yg Allah inginkan ?
    Apakah ada larangan bagi Allah untuk membuka dan memberi kpd hamba-hambaNYA sedikit atau banyak rahasia ghaib selain rasul-NYA ?

    Apakah tidak masuk diakal anda bahwa Allah mempunyai hak apa saja dan bisa melakukan apa saja kepada ciptaanNYA.
    Apakah ada manusia yg kuasa atau memilih dan membatasi kehendak Allah atau pemberian Allah kepada hamba-hambaNYA ?

    Apakah masuk dalam ilmu logika anda, jika Allah memberikan sedikit rahasia ghaib (ilmu kasyaf) kpd hamba-hamba (selain rasulNYA) maka perbuatan Allah salah, terlarang, tidak boleh ?
    Apakah anda berfikir, jika ada orang yg dapat melihat hal-hal ghaib (selain rasulNYA) maka dia menyamai Allah ? karena pada hakikatnya hanya Allah yg bisa melihat hal-hal ghaib tsb. ?. Seperti tulisan ustad “…..apabila seseorang meyakini, ada selain Allah ta’ala yg mengetahui perkara ghaib berarti dia telah menyamakan Allah ta’ala dengan org tersebut

    SIAPA yang mengajarkan cara bertauhid bodoh seperti ini kepada anda..???
    SIAPA yang mendoktrin cara belajar hal-hal buruk ini kepada anda…???
    Bagaimana bisa seorang ustad salafi yg mengaku-ngaku sudah mempunyai akidah dan iman yg kuat (bahkan disiarkan lewat iklan yg bernama internet dan buku2 tp mempunyai PEMAHAMAN TAUHID YG DANGKAL. KALO SUDAH USTAD SALAFI SEPERTI INI, BAGAIMANA DENGAN PENGIKUTNYA ?

    ReplyDelete
  3. Bahasa sederhannya dalam ilmu logika adalah, ketika anda mengatakan “Allah yg menghidupkan dan mematikan manusia, dan jika ada manusia yg menghidupkan dan mematikan maka dia menyamai Allah.(nauzubillah ). Kalo seperti ini jalan pikiran ustad maka sesungguhnya ustad itu yg sesat. (Bukankah sdh jelas bagi kita bahwa sekutu Allah itu mustahil adanya)

    Lalu timbul pertanyaan. “bukankah nabi Musa as dan Isa as dengan izin Allah dapat menghidupkan manusia yang mati. Bahkan sang masiah DAJJAL nanti dengan izin Allah dapat menghidupkan dan mematikan manusia. Apakah nabi dan dajjal menyamai Allah dalam menghidupkan manusia (mengetahui perkara ghaib) ? apakah memang benar Musa as, Isa as dan dajjal yg menghidupkan orang mati dengan kehendaknya sendiri ? tidak… ya ustad. Yang menghidupkan atau mematikan adalah Allah melalui nabi-nabiNYA (Isa as dan Musa as) dan melalui musuhnya al masiah dajjal.
    Apa tujuan Allah ? Untuk menguji apakah manusia beriman atau kafir kepada Allah.

    Hal ini dapat terjadi karena diizinkan Allah, untuk membuktikan bahwa mereka adalah utusan Allah.padahal secara fisik mereka sama seperti kita sebagai hamba (manusia). Sebagian mereka adalah orang-orang yg dimuliakan dan terpelihara sedangkan sebagian yg lain (dajjal) org yg durhaka. Sehingga Allah melebihkan mereka dari manusia lain.

    2. ILMU ETIKA (adab)
    Secara tidak langsung (tersirat) coment ustad mengenai pemuda yg kasyaf dalam kitab fadhail amal adalah termasuk coment manusia yg kurang beradab, kenapa ? karena ustad tidak mengerti posisi ustad sebagai hamba dan Allah sebagai sang Kholiq. Ucapan ustad tadi tentang kisah seorang yg kasyaf mengambarkan cara berfikir ustad, seperti orang jahil.

    Artinya ustad membatasi kehendak dan pemberian Allah hanya kepada nabi dan rasulNYA saja. Selain dari Rasul ilmu kasyaf tidak boleh diberikan kepada hamba-hamba Allah yang lain.
    Seorang yg beradab kepada Tuhannya seharusnya mengatakan ” saya tidak bisa menjawab apakah kisah itu benar atau salah. Karena Itu urusan Allah (sang Khaliq) bukan urusan saya (manusia). Karena nanti yang ditanya diakhirat bukan Allah, tapi manusialah yg akan dihisap oleh Allah tentang perkataan, amal dan perbuatan semasa didunia.

    3. ILMU ESTETIKA
    Dimana nilai kebenarannya jika seorang hamba diberi Allah sedikit atau banyak rahasia ghaib (salain RasulNYA) lalu orang tersebut sama dgn Allah atau menyamai dirinya dengan Allah ?
    Apa hubungannya antara orang yg diberi Allah nikmat (ilmu kasyaf) dengan cara org tersebut diperlihatkan sedikit rahasia ghaif dengan peramal dan dukun ? (BACA:bukankah dalam kisah tersebut Allah memperlihatkan hal yg ghaib (ilmu kasyaf) secara tiba2, tanpa pemuda tersebut menyadarinya. Sedangkan dukun dan peramal setiap melakukan aktivitasnya selalu membaca mantra, memegang sesuatu, pake syarat ini dan itu dll.
    Kalo anda tidak dapat membedakan antara ilmu kasyaf dengan dukun, bukan berarti anda dapat berbuat semaunya utk mengatakan ini dan itu (sebaiknya antum belajar agama yg benar dulu)

    MENGAPA anda langsung memvonis kelakuan mereka (orang kasyaf) dengan mengatakan itulah jemaah tabliqh..???
    Dimana logika anda berfikir dan dimana nilai kebenarannya “bahwa orang tabliqh yg percaya kepada pemuda yg kasyaf tersebut yg dapat melihat hal yg gaib atas izin Allah, divonis syirik dan sesat ?
    SIAPA YANG MENGAJARKAN CARA BERHUJAH DAN BERDALIL SEPERTI INI KEPADA ANDA..???

    bagaimana jika Allah berkehendak mengangkat sebagian tabir (hal-hal gaib ) hari ini kepada seluruh manusia sehingga manusia dapat melihat hal-hal yg ghaib tersebut, lalu apakah dapat dibenarkan jk generasi berikutnya mengatakan semua manusia generasi sebelum kami adalah syirik ?
    Apakah Allah tidak mampu melakukan hal seperti itu ? istiqfar antum..jangankan jika ustad menolak hal tsb, sedikit saja anda ragu atas kehendak Allah maka anda telah kafir.

    ReplyDelete
  4. Bukankah seorang yg kasyaf itu ada jauh lebih dahulu daripada berdirinya jemaah tabliqh. Dan mereka bukan pendiri, pimpinan orang jemaah tabliqh. Tetapi kisah mereka dimasukkan dalam buku fadhail amal yg menjadi pegangan JT.
    JANGAN ANDA YANG KURANG PAHAM ILMU TAUHID, TIDAK PUNYA ILMU UNTUK MENTAFSIRKAN AL-QURAN LALU MENGATAKAN JEMAAH TABLIQH SYIRIK DAN SESAT.
    LALU ANTUM COPAS TANPA TABAYUN (UNTUK MENUTUPI PEMAHAMAN ANDA YG DANGKAL DALAM AKIDAH/TAUHID).

    Itu namanya manusia SOMBONG DAN CELAKA
    Barangsiapa mengulas Al Qur’an tanpa ilmu pengetahuan maka bersiaplah menduduki neraka. (HR. Abu Dawud)
    Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan. (HR. Ahmad)
    Dan jangan anda mentafsirkan ayat2 al-Quran menurut hawa nafsu anda. Ulama2 ahlul sunah wal jamaah melarang orang menafsirkan ayat2 Alquran sebelum menguasai ilmunya. ( ada 15 bidang ilmu yg harus dikuasai oleh orang yg mau menafsirkan Al-Quran).
    APAKAH ANDA SUDAH MEMENUHI SYARAT DALAM MENTAFSIRKAN AL-QURAN ?

    Untuk lebih jelas maslah kasyaf anda baca kisah “islamnya Huwaithib bin Abdullah Uzza r.a” yg melihat malikat turun pada saat perang badar. Baca juga saydina Umar bin khatab melihat dan berteriak kpd pasukan islam yg terkepung musuh sejauh ribuan mil agar naik kebukit sementara beliau berada didalam mesjid yg penglihatannya dibatasi dinding mesjid. Baca jg hadist tentang dajal yg banyak menyingkap/melakukan hal yg ghaif. APAKAH ANDA AKAN BERKATA UMAR, HUWAITHIB BIN ABDULLAH UZZA DAN DAJAL MENYAMAI ALLAH ?

    Penutup
    Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
    Keagungan adalah sarungKu dan kesombongan adalah pakaianKu. Barangsiapa merebutnya (dari Aku) maka Aku menyiksanya. (HR. Muslim)
    ADA ORANG YG BERAGAMA TAPI TIDAK BERAKHLAK (ALI BIN ABITHALIB)
    Salam dari hamba Allah
    Younedi

    ReplyDelete
  5. antum berkata:
    Dalam kisah di atas, terdapat beberapa bentuk bid’ah:
    1) Membaca Laa ilaaha illallah dalam satu nafas.
    2) Menentukan jumlah dzikir 200 kali.
    3) Menentukan jumlah dzikir 70.000 kali.
    4) Berdzikir untuk orang lain (sebagai hadiah), baik yang masih hidup maupun sudah mati.
    5) Menetapkan keyakinan dan amalan tanpa berdasarkan dalil, tetapi melalui kasyaf yang syirik.
    Ini semuanya bid’ah, tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu’anhum

    jawab :
    mana dalil yg mengharamkannya ? antum jagan jadi penyebar fitnah. Dosa yg antum yanggung cukup berat dgn memfitnah sesuatu yg antum tdk tahu. PAHAM

    Apakah antum katakan dalilnya seperti hadist diatas ? kalo itu jawaban antum maka antum itu picik. karena ada lagi hadist selain itu. dan hadist itu tdk berdiri sendiri. Andaipun antum menolaknya tdk ada masalah krn antum bukan ulama. Sebenarnya jika antum berkeyakinan dgn hadist itu maka salafi-wahabi jg melakukan hal yg bid'ah jg. Apa buktinya ? ini buktinya perbuatan wahabi yg bid'ah berdasarkan hadist diatas
    1. membagi tauhid jadi 3 bagian ( uluhiyah, rububiyah dan asma wa sifat)
    2. Pengajian seminggu sekali
    3. tabliqh akbar dimana wanita, laki2 dan anak2 bergabung disatu tempat

    Hal yg antum katakan dan menyerang kaum muslimin dengan mulut beracun dan fitnah keji para salafi wahabi pada umumnya bukan berdasarkan dalil tapi berdasarkan kebencian, kebodohan, sikap fanatisme yg berlebihan dan diiringi dgn pemahaman agama yg dangkal.

    agar tulisan sy tidak mengandung fitnah saya tantang antum dan seluruh salafi wahabi menjawabnya. jika benar dan masuk akal maka saya kasih uang puluhan juta. silahkan simak tantangan saya :

    ReplyDelete
  6. Assalamu’alaikum
    orang-orang salafi-wahabi kerjanya cuma buat fitnah karena mrk adalah kumpulan orang2 yg diperalat utk menyebarkan fitnah bukan menyebarkan kebenaran. seperti kata pepatah “semut diseberang lautan jelas kelihatan tp gajah dipelupuk mata tdk kelihatan ” alias fanatisme, taqlid buta dan bodoh.
    agar tuduhan saya diatas tidak jadi fitnah saya akan kasih HADIAH setiap orang SALAFI-WAHABI, Rp 10.000.000 dan untuk ustad/syeikh mereka hadiahnya, saya kalikan MNJADI DUA yaitu Rp 20.000.000 (karena ustad dan syeikh mrk lebih berilmu) setiap bisa menjawab satu dari dua pertanyaan saya.

    baca baik2
    Setiap org salafi-wahabi spakat bhw jema’ah tabliqh dgn khurujnya 3 hr/bln, 40 hr/thn & 4 bln adlh bid’ah dholallah bgtu jg orang NU, NW dan siapa sj yg mengamalkn yasinan, tahlilan, isra mi’raj, maulid nabi dan hal2 baru yg tdk prnh dcontohkn & diucapkan nabi trmsuk prbuatan bid’ah & pelkunya dvonis sesat . Dalilnya adalah :

    Hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim dalam shohihnya dari Jabir ra. bahwa Rasulallah saw. bila berkhutbah tampak matanya kemerah-merahan dan dengan suara keras bersabda: ‘Amma ba’du, sesungguhnya tutur kata yang terbaik ialah Kitabullah (Al-Qur’an) dan petunjuk (huda) yang terbaik ialah petunjuk Muhammad saw. Sedangkan persoalan yang terburuk ialah hal-hal yang diada-adakan (yang berlawanan dengan sunnah Rasulallah saw), dan setiap hal yang diada-adakan ialah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat’. (diketengahkan juga oleh Imam Bukhori hadits dari Ibnu Mas’ud ra).

    “Barang siapa yang berbuat sesuatu yang baharu dalam syari‟at ini yang tidak sesuai dengannya, maka ia tertolak”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

    “Berhati-hatilah dari hal yang baru, krn setiap yg baru itu bid’ah & setiap kebid’ahan itu sesat.(HR. Tirmidji dan Ibnu Majah).
    .
    ketika ada org yg menjelaskan tidak semua bid’ah itu sesat (bid’ah hasanah) dgn alasan yg logis seperti hadist ini
    Nabi bersabda : Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam islam, maka baginya pahala dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikit pun dari pahalanya, dan barang siapa membuat-buat hal baru yang buruk dalam islam, maka baginya dosa dan dosa orang yg mengikutinya’ (Shahih Muslim hadits no.1017–red), dan hadits ini merupakan inti penjelasan mengenai bid’ah yang baik (hasanah) dan bid’ah yang sesat (dholalah)”. (Tafsir Imam Qurtubi juz 2 hal. 87)
    maka org salafi-wahabi akan berkata :bid'ah hasanah itu tidak ada. karena setiap bid'ah adalah sesat

    1.Bukankah agama islam ini sudah sempurna shingga tdk perlu ada penambahan
    2.Apakah Rasulullah pernah merintahkannya ? jika tdk kenapa anda melakukannya.
    3.Kalolah perbuatan itu baik pasti Rasulullah, sahabat dan tabi’in akan mengamalkannya terlebih dahulu.

    Lalu timbul pertanyaan, bagaimana dengan orang2 salafi-wahabi yg melakukan hal (perkara baru) yg sama (bid’ah) seperti jemaah tabligh, NU,NW dll seperti :

    A.Membagi tauhid menjadi 3 bagian. (Rubbubiyah, Uluhiyah dan asma wa sifat)

    B. Mengadakan tabliqh akbar dimana wanita, pria dan anak2 berkumpul disatu tempat

    C. mengadakan pengajian sekali seminggu

    ReplyDelete
  7. Sepengetahuan saya bukankah ketiga hal (A,B dan C) tsb juga tdk pernah dilakukan/diucapkan/diperintahkan nabi saw.

    Bagaimanapun dan apapun alasan salafi wahabi untuk membenarkan point A,B,C tersebut
    maka kami juga akan bertanya

    1.Bukankah agama islam ini sudah sempurna shingga tdk perlu ada penambahan (point A,B,C) lagi ?

    2.Apakah Rasulullah pernah merintahkannya (point A,B,C)? jika tdk kenapa anda melakukannya.?

    3.Kalolah perbuatan (point A,B,C) itu baik pasti Rasulullah, sahabat dan tabi’in akan mengamalkannya terlebih dahulu.
    yang ingin saya tanyakan:

    1. Coba anda buktikan perbuatan salafi-wahabi pada point A,B dan C itu tidak BID’AH menurut Al-Quran dan hadist (baik berdasarkan konsep bid’ah anda maupun konsep aswaja) dan jika tidak ditemukan juga, maka dengan penjelasan yg masuk akalpun saya terima jika anda masih punya akal ?

    2. Jelaskan kenapa jika orang2 diluar salafi-wahabi yg melakukannya itu dianggap perbuatan bid’ah dan sesat tp jika orang2 salafi-wahabi yg melakukannya, hal tsb menjadi halal.

    “Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab”. (QS: 40:40)

    Sabda Rasulullah saw :
    “Sebesar – besar kejahatan muslimin (pada muslim lainnya) adalah yang mempermasalahka n suatu hal yang tidak diharamkan, namun menjadi haram sebab ia mempermasalahka nnya (Shahih Bukhari)
    mohon penjelasannya dan buktikan anda tidak MENYEBAR FITNAH DAN MERUSAK AKIDAH UMAT ISLAM DARI DALAM.

    NB : jika saya ingkar dengan tidak memberi antum hadiah uang maka saya siap mndapatkan laknat Allah .
    jika jawaban antum terlalu panjang silahkan hubungi saya di email : younedi_msj @yahoo.co.id atau kenomer HP saya 0852-506-77388

    selamat menjawab. silahkan.... jika antum berada dalam kebenaran dan mengaku memurnikan ajaran islam dan bukan penyebar fitnah.

    ReplyDelete
  8. USTAD SAID:
    Semoga pembahasan ringkas ini dapat menjadi renungan bagi Jama’ah Tabligh dan seluruh kaum muslimin

    jawaban
    bukan JT dan kaum muslimin yg meruninginya tapi antum sendiri yg wajib merenunginya : " kenapa antum terlalu gegabah memuat sesuatu tanpa ilmu dan tanpa tabayun terlebih dahulu sehingga tulisan antum ttg kitab fadhail amal tidak lebih dari sekedar fitnah dan memecah belah umat islam. jika antum membantahnya silahkan saya tunggu jika antum orang yg berilmu.

    ReplyDelete