Saturday, August 6, 2011

Hubungan Harmonis Sahabat dan Ahlul Bait

Hubungan Harmonis Sahabat dan Ahlul Bait

September 16, 2009 by alfanarku

pertalian

* Majalah Qiblati Edisi Khusus Haji dan Majalah Qiblati Edisi 3 Volume 4

(Jika ingin bisa melihat bagan di atas lebih jelas, silahkan di copy gambar di atas dan dilihat dengan memperbesar zoom-nya)

Silsilah di atas adalah sebagian Fakta yang menunjukkan gambaran hubungan antara sahabat dan ahlul bait Nabi shalallahu alaihi wassalam dimulai saat Nabi Shalallahu wasalam masih hidup dan diteruskan setelah beliau wafat, maka sungguh disayangkan jika kita saat ini mempercayai pemutar balikkan sejarah yang dilakukan oleh orang-orang yang berusaha mendiskreditkan mereka dan kemudian ikut terjebak pula dengan dikotomi “sahabat” dan “ahlul bait” yang digambarkan saling bermusuhan, padahal kenyataannya mereka melebur menjadi satu umat, bahkan lebih dari itu, mereka saling mempererat hubungan mereka dengan menjalin ikatan perkawinan diantara mereka dan keturunan mereka.

Adalah hal yang menarik mengenai silsilah mereka, ternyata bukan hanya di catat dalam literatur sunni, tetapi juga tercatat dalam literatur syi’ah, sehingga salah satu Imam syi’ah, yaitu Imam ke enam syi’ah, Imam Ja’far Ash Shodiq adalah hasil keturunan ahlul bait dan sahabat, yaitu silsilah dari pihak ayah bersambung sampai kepada Imam Ali ra dan dari pihak ibu bersambung sampai kepada Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq ra, sehingga otomatis Imam-imam syi’ah selanjutnya dari garis keturunan Ja’far Ash Shodiq adalah keturunan Imam Ali dan Abu Bakar ra. Tetapi ironinya kaum syi’ah sangat membenci sahabat Abu Bakar ra yang merupakan kakek Imam Ja’far ini, padahal Imam Ja’far sangat menghormati dan mencintai kakeknya tersebut sehingga beliau pernah berkata bahwa beliau dilahirkan dua kali oleh Abu Bakar.

Demikian juga hal lain yang kita temukan dari silsilah di atas, ternyata ahlul bait, banyak menamakan anak-anak mereka dengan nama-nama sahabat, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan lain-lain dimana saat ini oleh kaum syi’ah nama-nama tersebut sangat dibenci, sehingga anda akan kesulitan menemukan nama Abu Bakar dan Umar - misalnya – di Negara Iran yang mayoritas penduduknya menganut syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah. Sebaliknya anda akan banyak temukan nama-nama ahlul bait seperti Ali, Hasan, Husein di negara-negara Arab Muslim termasuk Saudi Arabia.

Tetapi namanya juga kaum syi’ah, mereka berusaha menolak hakekat tersebut dengan banyak berdalih diantaranya bahwa nama-nama tersebut adalah nama-nama yang umum dipakai saat itu dan imam ahlul bait memberi nama anak-anak mereka sama dengan nama-nama sahabat dengan tidak ada maksud pemuliaan atau adanya hubungan sedikitpun dengan para sahabat tersebut. Sebenarnya untuk membantah syubhat tersebut cukup mudah, yaitu dengan melihat hubungan kekerabatan yang nyata yang terjadi diantara mereka (sahabat dan ahlul bait) adalah tidak bisa disangkal bahwa hubungan tersebut mau tidak mau harus disertai oleh rasa kasih sayang dan pemuliaan. contohnya Ali bin Abi Thalib menikahi Asma’ binti Khumais yang merupakan janda dari Abu Bakar, dan beliau memelihara serta mengangkat anak Abu Bakar yaitu Muhammad bin Abu Bakar bahkan diantara keturunan mereka berdua (Abu Bakar dan Ali ra) terjalin ikatan kekerabatan yang erat , Imam Ali juga menikahkan putrinya yaitu Ummu Kultsum binti Ali dengan Khalifah Umar bin Khattab ra dan beliau menamakan salah satu putra beliau dengan nama Umar atas permintaan Khalifah Umar bin Khattab ra.

Dan bukti yang paling jelas bahwa beliau menghormati dan memuliakan Abu Bakar dan Umar ra adalah perkataan beliau mengenai keutamaan Abu Bakar dan Umar ra :

Hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu sendiri yang diriwayatkan secara mustafidlah dari Muhammad Ibnil Hanafiyah:

قُلْتُ ِلأَبِي: أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ بَعْدَ رَسُوْلِ اللهَ ?؟ قَالَ: أَبُو بَكْرٍ. قَلْتُ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: عُمَرُ. وَخَشِيْتُ أَنْ يَقُوْلَ عُثْمَانُ. قُلْتُ: ثُمَّ أَنْْتَ؟ قَالَ: مَا أَنَا إِلاَّ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ. رواه البخاري: كتاب فضائل الصحابة باب 4 وفتح البارى 7/20

Aku bertanya kepada bapakku (yakni Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu): Siapakah manusia yang terbaik setelah Rasulullah ? ? Ia menjawab: “Abu Bakar”. Aku bertanya (lagi): “Kemudian siapa?”. Ia menjawab: “Umar”. Dan aku khawatir ia akan berkata Utsman, maka aku mengatakan: “Kemudian engkau?” Beliau menjawab: “Tidaklah aku kecuali seorang dari kalangan muslimin”. (HR. Bukhari, kitab Fadlailus Shahabah, bab 4 dan Fathul Bari juz 4/20)

Wallahu A’lam bishowab.

No comments:

Post a Comment