Saturday, August 6, 2011

Sahabat Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam Akan Diusir dari Telaga Haudh ?

Sahabat Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam Akan Diusir dari Telaga Haudh ?

by alfanarku

Diantara syubhat-syubhat yang dilancarkan oleh kaum Syi’ah dalam rangka mendiskreditkan generasi awal Islam adalah dengan menampilkan hadits-hadits dari literatur Ahlus Sunnah yang matannya menurut pemahaman mereka tertuju kepada para “sahabat sejati” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Diantara hadits-hadits yang seringkali mereka tampilkan adalah hadits-hadits mengenai dihalaunya sekumpulan orang Islam dari telaga Haudh-nya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pada hari akhir kelak, yang beliau menyebut sekumpulan orang tersebut dengan sebutan “Sahabat” beliau. Hadits-hadits mengenai hal ini telah tercatat di shahih Bukhari dan Muslim dan juga kitab hadits yang lainnya, diantaranya adalah seperti berikut ini:

7049 – حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ مُغِيرَةَ عَنْ أَبِي وَائِلٍ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ لَيُرْفَعَنَّ إِلَيَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لِأُنَاوِلَهُمْ اخْتُلِجُوا دُونِي فَأَقُولُ أَيْ رَبِّ أَصْحَابِي يَقُولُ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ

(9/46)

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Ismail telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Mughirah dari Abi Wail yang berkata Abdullah berkata Nabi SAW bersabda “Aku akan mendahului kalian sampai di Al Haudh dan akan dihadapkan kepadaku beberapa orang dari kalian. kemudian ketika aku memberi minum mereka, mereka terhalau dariku maka Aku bertanya “Wahai Rabbku mereka itu sahabat-sahabatku. Dia menjawab “engkau tidak tahu apa yang mereka perbuat sepeninggalmu”. [Shahih Bukhari 9/46 no 7049] diriwayatkan juga dalam Shahih Muslim 4/1796 no 2297.

6593 – حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ عَنْ نَافِعِ بْنِ عُمَرَ قَالَ حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَتْ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي عَلَى الْحَوْضِ حَتَّى أَنْظُرَ مَنْ يَرِدُ عَلَيَّ مِنْكُمْ وَسَيُؤْخَذُ نَاسٌ دُونِي فَأَقُولُ يَا رَبِّ مِنِّي وَمِنْ أُمَّتِي فَيُقَالُ هَلْ شَعَرْتَ مَا عَمِلُوا بَعْدَكَ وَاللَّهِ مَا بَرِحُوا يَرْجِعُونَ عَلَى أَعْقَابِهِمْ فَكَانَ ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ أَنْ نَرْجِعَ عَلَى أَعْقَابِنَا أَوْ نُفْتَنَ عَنْ دِينِنَا { أَعْقَابِكُمْ تَنْكِصُونَ } تَرْجِعُونَ عَلَى الْعَقِبِ

(8/121)

Diriwayatkan oleh Asma’ binti Abu Bakar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Saya akan berdiri di atas telaga Haudh kemudian saya akan melihat beberapa orang akan datang kepadaku diantara kalian, dan beberapa manusia dihalau dariku, dan aku akan berkata, “Ya Rabb, mereka dariku, dari ummatku” Kemudian akan dikatakan “Apakah kamu mengetahui apa yang mereka perbuat sepeninggalmu? Demi Allah, mereka telah berbalik ke belakang (murtad). (Shahih Bukhari 8/121 No. 6593, Shahih Muslim 4/1794 No. 2293)

Dan beberapa riwayat lagi yang maknanya senada dengan hadits-hadits di atas. Yaitu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam akan datang mendahului umatnya sampai di telaga Haudh, dan kemudian akan ada sekelompok orang yang beliau mengenal mereka sebagai umatnya datang mendekati telaga beliau untuk ikut minum air dari telaga beliau tersebut, tetapi tiba-tiba mereka dihalau oleh Malaikat, dan beliau akan berusaha membela mereka dengan mengatakan bahwa mereka adalah “sahabat” beliau, dalam riwayat lain “mereka dariku, dari golongan umatku” maka akan dikatakan kepada beliau bahwa “beliau tidak mengetahui apa yang mereka perbuat atau ada-adakan sepeninggal beliau”, dalam riwayat lain “sekelompok orang tersebut telah berbalik ke belakang (murtad) sepeninggal beliau”, “merubah ajaran agama sepeninggal beliau”. Kemudian beliau akan berkata kepada mereka : “menjauhlah”. Demikian ringkasan matan dari hadits-hadits tersebut.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, kaum Syi’ah menjadikan hadits-hadits tersebut (khususnya yang mengandung kata sahabat) sebagai alat untuk menyerang keadilan Para Sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, mereka mengklaim bahwa yang dimaksud hadits-hadits di atas adalah para sahabat sejati Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam yang telah menemani dan berjuang bersama beliau, sehingga menurut mereka sepeninggal beliau sebagian besar sahabat telah murtad dari agamanya dan mengada-adakan hal-hal baru dalam agama kecuali hanya segelintir sahabat yang bisa dihitung dengan jari saja yang tidak demikian, sehingga di akhirat nanti mereka akan diusir dari telaga Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, dan salah satu yang menyebabkan hal itu adalah karena mereka telah menolak walayah Ali bin Abi Thalib ra. Benarkah demikian?

Di sini penulis akan mengkritisi pemahaman kaum Syi’ah terhadap hadits-hadits di atas, yang jika diteliti lebih dalam, sebenarnya pemahaman mereka adalah keliru.



Definisi Sahabat menurut Ahlus Sunnah

Kita mesti ingatkan terlebih dahulu kepada mereka mengenai definisi sahabat menurut Ahlus Sunnah yang masyhur:

Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i pernah berkata:

“Ash-Shabi (sahabat) ialah orang yang bertemu dengan Rasulullah SAW, beriman kepada beliau dan meninggal dalam keadaan Islam”

Maka, orang yang meninggal dalam keadaan tidak Islam atau murtad bukanlah dikategorikan sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang banyak dipuji oleh Allah dan Rasul-Nya bukanlah yang dimaksud oleh hadits tersebut.



Karakteristik Sahabat Menurut Al-Qur’an

As-Suddi telah berkata dalam keterangannya tentang firman Allah Azza wa Jalla QS Ali-Imran : 110


كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنڪَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ‌ۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡڪِتَـٰبِ لَكَانَ خَيۡرً۬ا لَّهُم‌ۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَڪۡثَرُهُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ (١١٠)

110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

As-Suddi mengatakan bahwa Umar bin Khattab r.a. telah berkata (mengenai penafsiran ayat ini), “Apabila Allah Swt. menghendaki, niscaya dia akan mengatakan antum maka (akan tercakup dalam pengertian kata ini) adalah kita seluruhnya. Akan tetapi Allah Swt. mengatakan-Nya dengan kata kuntum yang berarti ditujukan khusus kepada para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. dan orang-orang yang melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan para sahabat. Mereka itulah “khairu ummat (sebaik-baik ummat) yang dikeluarkan untuk seluruh manusia.” Imam Ibnu Jarir juga telah meriwayatkannya dari Qatadah r.a. yang mana ia berkata, “Telah diceritakan bahwa Umar telah membaca ayat ini (Ali Imran ayat 101) kemudian dia berkata, “Wahai manusia, barangsiapa yang ingin digolongkan dalam ayat ini, maka hendaklah dia menunaikan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. dalam ayat tersebut. (Syarat tersebut adalah Amar ma’ruf nahi munkar. Pent)(HR. Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim, seperti yang disebutkan dalam kitab Kanzul ‘Ummaal jilid I halaman 238)

Maka, sebagian besar para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang telah dipuji oleh Allah sebagai khairu ummah bukanlah yang dimaksud oleh hadits tersebut.

Firman Allah QS At-Taubah : 100

وَٱلسَّـٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَـٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَـٰنٍ۬ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنۡہُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّـٰتٍ۬ تَجۡرِى تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيہَآ أَبَدً۬ا‌ۚ ذَٲلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ (١٠٠

100. Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.

Maka, Assabiqunal Awwalun dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik bukanlah yang dimaksud hadits di atas.

Firman Allah QS Al-Fath : 18

لَّقَدۡ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ يُبَايِعُونَكَ تَحۡتَ ٱلشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِى قُلُوبِہِمۡ فَأَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ عَلَيۡہِمۡ وَأَثَـٰبَهُمۡ فَتۡحً۬ا قَرِيبً۬ا (١٨

18. Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).

Hal ini dikuatkan dengan hadits :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidak akan masuk neraka seorang-pun dari orang-orang yg berba’iat di bawah pohon (di Hudaibiyyah)”. [Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Muslim].

Maka, Para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang ikut berjanji setia di bawah pohon yang berjumlah sekitar 1,500 orang bukanlah termasuk yang dihalau dari telaga Haudh.

Firman Allah QS Al-Fath : 29

مُّحَمَّدٌ۬ رَّسُولُ ٱللَّهِ‌ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُ ۥۤ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيۡنَہُمۡ‌ۖ تَرَٮٰهُمۡ رُكَّعً۬ا سُجَّدً۬ا يَبۡتَغُونَ فَضۡلاً۬ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٲنً۬ا‌ۖ سِيمَاهُمۡ فِى وُجُوهِهِم مِّنۡ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ‌ۚ ذَٲلِكَ مَثَلُهُمۡ فِى ٱلتَّوۡرَٮٰةِ‌ۚ وَمَثَلُهُمۡ فِى ٱلۡإِنجِيلِ كَزَرۡعٍ أَخۡرَجَ شَطۡـَٔهُ ۥ فَـَٔازَرَهُ ۥ فَٱسۡتَغۡلَظَ فَٱسۡتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعۡجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِہِمُ ٱلۡكُفَّارَ‌ۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ مِنۡہُم مَّغۡفِرَةً۬ وَأَجۡرًا عَظِيمَۢا (٢٩

29. Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.

Maka, para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan sifat-sifat di atas jelas-jelas mereka bukanlah yang dimaksud hadits tersebut.

Firman Allah dalam QS Al-Hasyr : 8

لِلۡفُقَرَآءِ ٱلۡمُهَـٰجِرِينَ ٱلَّذِينَ أُخۡرِجُواْ مِن دِيَـٰرِهِمۡ وَأَمۡوَٲلِهِمۡ يَبۡتَغُونَ فَضۡلاً۬ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٲنً۬ا وَيَنصُرُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥۤ‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلصَّـٰدِقُونَ (٨

8. (Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar.

Maka kaum Muhajirin adalah bukan yang dimaksud hadits tersebut.

Firman Allah dalam QS Al-Hasyr : 9

وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلۡإِيمَـٰنَ مِن قَبۡلِهِمۡ يُحِبُّونَ مَنۡ هَاجَرَ إِلَيۡہِمۡ وَلَا يَجِدُونَ فِى صُدُورِهِمۡ حَاجَةً۬ مِّمَّآ أُوتُواْ وَيُؤۡثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِہِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِہِمۡ خَصَاصَةٌ۬‌ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (٩

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.

Maka Kaum Anshar bukanlah yang dimaksud hadits tersebut.

Firman Allah dalam QS Al-Anfal : 74

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَـٰهَدُواْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱلَّذِينَ ءَاوَواْ وَّنَصَرُوٓاْ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقًّ۬ا‌ۚ لَّهُم مَّغۡفِرَةٌ۬ وَرِزۡقٌ۬ كَرِيمٌ۬ (٧٤

74. Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.

Jelas sekali, berdasarkan ayat di atas Kaum Muhajirin dan Anshar bukanlah yang dihalau dari telaga Haudh.

Firman Allah dalam QS Al-Hujuraat : 7-8

وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ فِيكُمۡ رَسُولَ ٱللَّهِ‌ۚ لَوۡ يُطِيعُكُمۡ فِى كَثِيرٍ۬ مِّنَ ٱلۡأَمۡرِ لَعَنِتُّمۡ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيۡكُمُ ٱلۡإِيمَـٰنَ وَزَيَّنَهُ ۥ فِى قُلُوبِكُمۡ وَكَرَّهَ إِلَيۡكُمُ ٱلۡكُفۡرَ وَٱلۡفُسُوقَ وَٱلۡعِصۡيَانَ‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلرَّٲشِدُونَ (٧) فَضۡلاً۬ مِّنَ ٱللَّهِ وَنِعۡمَةً۬‌ۚ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ۬ (٨

7. Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu ‘cinta’ kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,

8. sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Tidak mungkin mereka yang dimaksud oleh ayat tersebut yang dihalau dari telaga Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.

Dan masih banyak lagi sifat-sifat mengenai sahabat sejati Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang telah diabadikan oleh Allah Azza wa Jalla dalam Al-Qur’anul karim dan disebutkan melalui lisan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, dimana jelas mereka yang disebutkan dalam ayat-ayat tersebut tidak mungkin sebagai orang-orang yang akan dihalau dari telaga Haudh.



Bagaimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengenali umat beliau di hari Kiamat ?

Kalau bukan mereka lalu siapakah orang-orang yang disebut oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan “sahabat-sahabatku” tetapi ternyata mereka dihalau dari telaga beliau? Mari kita cermati hadits-hadits lain yang berkaitan dengan hadits telaga haudh di atas, yang ternyata riwayat-riwayat tersebut saling menjelaskan dan melengkapi.

Rasulullah mengenal umatnya di hari kiamat melalui tanda-tanda putih cemerlang pada anggota badan bekas wudhu mereka yaitu wajah, tangan dan kaki mereka, hal ini menunjukkan bahwa hadits-hadits tersebut berkenaan dengan umat Islam secara keseluruhan (umat Islam generasi pertama sampai terakhir) bukan hanya umat Islam pada masa sahabat saja.

بَاب فَضْلِ الْوُضُوءِ وَالْغُرُّ الْمُحَجَّلُونَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوءِ
136 – حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ خَالِدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلَالٍ عَنْ نُعَيْمٍ الْمُجْمِرِ قَالَ رَقِيتُ مَعَ أَبِي هُرَيْرَةَ عَلَى ظَهْرِ الْمَسْجِدِ فَتَوَضَّأَ فَقَالَ إِنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أُمَّتِي يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوءِ فَمَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ

(1/39)

Nu’aim al-Mujmir r.a. berkata, “Saya naik bersama Abu Hurairah ke atas masjid. Ia berwudhu lalu berkata, ‘Sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi bersabda, ‘Sesungguhnya pada hari kiamat nanti umatku akan dipanggil dalam keadaan putih cemerlang dari bekas wudhu. Barangsiapa yang mampu untuk memperlebar putihnya, maka kerjakanlah hal itu.” (Shahih Bukhari 1/39 No. 136).

36 – ( 247 ) حدثنا سويد بن سعيد وابن أبي عمر جميعا عن مروان الفزاري قال ابن أبي عمر حدثنا مروان عن أبي مالك الأشجعي سعد بن طارق عن أبي حازم عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال
Y إن حوضي أبعد من أيلة من عدن لهو أشد بياضا من الثلج وأحلى من العسل باللبن ولآنيته أكثر من عدد النجوم وإني لأصد الناس عنه كما يصد الرجل إبل الناس عن حوضه قالوا يا رسول الله أتعرفنا يومئذ ؟ قال نعم لكم سيما ليست لأحد من الأمم تردون علي غرا محجلين من أثر الوضوء

(1/217)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “(Panjang sisi) telagaku lebih jauh jaraknya antara Ailah dan ‘Adn (keduanya adalah nama tempat), lebih putih dari salju, lebih manis daripada madu yang dicampur susu, bejana-bejananya lebih banyak dari jumlah bintang-bintang, dan aku benar-benar akan menghalangi manusia darinya sebagaimana seorang yang menghalangi unta milik orang lain dari telaganya. Para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah engkau mengenali kami waktu itu?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, kalian memiliki tanda yang tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain. Kalian datang kepadaku dengan anggota wudhu yang putih bersinar dari bekas wudhu”. (Shahih Muslim 1/217 No. 36)

39 – ( 249 ) حدثنا يحيى بن أيوب وسريج بن يونس وقتيبة بن سعيد وعلي بن حجر جميعا عن إسماعيل بن جعفر قال ابن أيوب حدثنا إسماعيل أخبرني العلاء عن أبيه عن أبي هريرة
Y أن رسول الله صلى الله عليه و سلم أتى المقبرة فقال السلام عليكم دار قوم مؤمنين وإنا إن شاء الله بكم لاحقون وددت أنا قد رأينا إخواننا قالوا أولسنا إخوانك يا رسول الله ؟ قال أنتم أصحابي وإخواننا الذين لم يأتوا بعد فقالوا كيف تعرف من لم يأت بعد من أمتك يا رسول الله ؟ فقال أرأيت لو أن رجلا له خيل غر محجلة بين ظهري خيل دهم بهم ألا يعرف خيله ؟ قالوا بلى يا رسول الله قال فإنهم يأتون غرا محجلين من الوضوء وأنا فرطهم على الحوض ألا ليذادن رجال عن حوضي كما يذاد البعير الضال أناديهم ألا هلم فيقال إنهم قد بدلوا بعدك فأقول سحقا سحقا

(1/218)

Hadis riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menziarahi kuburan. Beliau berdoa: “Semoga keselamatan tetap dilimpahkan kepadamu, hai kaum yang mukmin dan kami, insya Allah akan menyusulmu”. Aku senang apabila aku dapat bertemu dengan saudara-saudaraku. Para sahabat bertanya: Bukankah kami saudara-saudaramu, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Engkau adalah sahabat-sahabatku, sedang saudaraku adalah orang-orang yang belum datang setelahku. Mereka bertanya lagi: Bagaimana engkau dapat mengenal umatmu yang belum datang di masa ini? Beliau bersabda: Tahukah engkau, seandainya ada seorang lelaki memiliki kuda yang bersinar muka, kaki dan tangannya kemudian kuda itu berada di antara kuda-kuda hitam legam, dapatkah ia mengenali kudanya? Mereka menjawab: Tentu saja dapat, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Sesungguhnya umatku akan datang dengan wajah, kaki dan tangan yang bersinar, bekas wudhu. Aku mendahului mereka datang ke telaga. Ingat! Beberapa orang akan dihalang-halangi mendatangi telagaku, sebagaimana unta hilang yang dihalang-halangi. Aku berseru kepada mereka: Kemarilah! Lalu dikatakan: Sesungguhnya mereka telah mengganti (ajaranmu) sesudahmu. Aku berkata: Semoga Allah menjauhkan mereka. (Shahih Muslim 1/218 No. 39).

2443 – حدثنا أحمد بن محمد بن علي بن نيزك البغدادي حدثنا محمد بن بكار الدمشقي حدثنا سعيد بن بشير عن قتادة عن الحسن عن سمرة قال Y قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إن لكل نبي حوضا وإنهم يتباهون أيهم أكثر واردة وإني أرجو أن أكون أكثرهم واردة

“Sesungguhnya setiap Nabi memiliki haudh, mereka membanggakan diri, siapa diantara mereka yang paling banyak peminumnya (pengikutnya), dan aku berharap akulah yang paling banyak pengikutnya” (HR. At Tirmidzi no. 2443, dari sahabat Samurah radhiyallaHu ‘anHu, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahiih Sunan at Tirmidzi no. 1988)

Perhatikanlah hadits-hadits di atas, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam akan dapat mengenali umatnya di hari kiamat dari tanda putih cemerlang pada anggota badan bekas wudhu yang ada pada mereka.

Perhatikan juga pada hadits Muslim No. 39 dan hadits Tirmidzi No. 2443 di atas, beliau sedang membicarakan umat yang akan datang sesudah masa sahabat, sehingga jelaslah bahwa orang-orang yang akan dihalau dari telaga Haudh itu adalah sebagian umat Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam secara umum, tidak bisa dikatakan hanya tertuju pada umat Islam masa sahabat saja, tetapi juga umat Islam sesudah jaman sahabat sampai hari kiamat yang melakukan perbuatan seperti itu (bid’ah dan murtad). Padahal kita juga tahu bahwa umat Islam sesudah generasi sahabat adalah juga termasuk umat sepeninggal Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.

Keterangan mengenai bagaimana Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam mengenal umat-nya dalam hadits Muslim di atas juga mengindikasikan bahwa “pengenalan beliau terhadap umatnya” di sini bukanlah berarti beliau mengenal mereka atau pernah bertemu mereka saat di dunia, tetapi Rasul shalallahu ‘alaihi wasallam mengenal mereka sebagai umat beliau adalah dari tanda-tanda bekas wudhu mereka di dunia yang begitu tampak jelas dan beliau sangat mengetahuinya bahwa tanda-tanda tersebut hanya ada ada pada umat beliau, dan itulah jawaban beliau terhadap pertanyaan sahabat tentang bagaimana beliau akan mengenali umatnya di hari kiamat. Sedangkan pembelaan beliau kepada sekelompok orang tersebut dengan perkataan “mereka adalah sahabat-sahabatku” adalah dalam rangka membela mereka karena beliau merasa mereka adalah bagian dari umat beliau dan di saat beliau masih hidup di dunia beliau menganggap umat Islam disekitar beliau adalah sahabat-sahabat beliau. Allahu A’lam.

Seandainyapun dikatakan bahwa mereka yang dihalau dari telaga Haudh adalah orang-orang pada masa Sahabat, maka Sahabat dalam pengertian Syar’i tidaklah termasuk sahabat yang diusir dari telaga Haudh berdasarkan tanzih dari ayat-ayat Al-Qur’an maupun As-Sunnah yang telah dijelaskan di atas, tetapi, kita telah mengetahui dari sirah dan sejarah yang shahih bahwa sebagian orang-orang Arab yang telah masuk Islam ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam masih hidup (yang Rasulullah mengenal sebagian dari mereka dan mereka-pun mengenal Rasulullah) telah menjadi murtad dan sebagian dari mereka tidak mau membayar zakat selang tidak lama setelah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam wafat. Maka mereka-lah yang lebih layak dihalau dari telaga Haudh pada hari kiamat nanti dan justru para sahabat sejati Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dibawah komando khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu lah yang telah memerangi kaum murtad tersebut sampai ke akar-akarnya dan mengembalikan kejayaan Islam saat itu.

Sebutan “sahabatku” oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam terhadap mereka bisa dipahami dalam pengertian sebagai sahabat beliau dalam agama, menunjukkan kasih sayang beliau terhadap umatnya dan antusias beliau di hari kiamat dalam membela umatnya. Dan hal tersebut juga menunjukkan bahwa kedudukan sebagai sahabat Nabi adalah kedudukan yang mulia oleh karenanya beliau menggunakan sebutan “sahabat” untuk membela umatnya. Sedangkan para “sahabat sejati” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bukanlah orang-orang yang diusir dari telaga Haudh berdasarkan penjelasan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dan justru mereka-lah yang telah berjasa dalam mengembalikan kejayaan Islam dan menyelamatkan umat dari kemurtadan.



Kesimpulan :

Berdasarkan hadits-hadits di atas, orang-orang yang dihalau dari telaga Haudh, mereka adalah beberapa orang dari umat (mantan umat jika mereka telah murtad) Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam yang berbuat seperti yang disifatkan oleh hadits tersebut (berbuat bid’ah atau Murtad sepeninggal beliau) sampai hari kiamat, jadi tidak dikhususkan tertuju pada umat di masa Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam saja.

Mereka dikenal oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berdasarkan tanda-tanda dari bekas wudhu mereka sewaktu di dunia yang membedakan dengan umat-umat lainnya, sehingga beliau pada saat itu mengira mereka adalah umat beliau dan menyebut mereka dengan “sahabatku”, “dari-ku (golonganku)”, “dari ummatku” dalam rangka membela mereka, tetapi ternyata mereka adalah umat Islam yang mengada-adakan sesuatu yang baru (bid’ah) sepeninggal beliau atau mereka yang telah berbalik ke belakang (murtad dari agama Islam) sepeninggal beliau, sehingga mereka dihalau dari mendekati telaga Haudh.

Terjadinya kemurtadan sepeninggal beliau yang kemudian berhasil dipadamkan oleh sahabat-sahabat sejati beliau di bawah pimpinan khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.

Para sahabat sejati yang Allah dan Rasul-Nya telah menjadi saksi atas keutamaan mereka bukanlah orang-orang yang dihalau dari telaga Haudh.

Maka syubhat kaum Syi’ah bahwa orang-orang yang akan dihalau dari telaga Haudh adalah para sahabat sejati Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam jelas sekali tidak benar.

Akhirnya, semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan kita sebagai bagian dari Umat nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam yang diterima di telaga Haudh dan termasuk orang-orang yang mendapatkan syafa’at dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Amin Ya Rabbal ‘alamin.

Wallahu A’lam bishawab.

No comments:

Post a Comment