Memuji Diri Sendiri dan Menyebutkan Kebaikan Sendiri
Allah SWT telah berfirman : “... maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci ...” [ QS An Najm(52) : 32]
Menyebutkan kebaikan diri sendiri memiliki dua kategori yaitu terpuji dan tercela.
Adapun terpuji adalah apabila dalam pujian itu terdapat kemashalatan dalam agama. Hendaknya pujian itu bertujuan amar makruf nahi mungkar, menjadi nasihat, untuk memberikan petunjuk pada suatu kemashalatan, sebagai pelajaran, pendidikan, nasihat, untuk mendamaikan kedua pihak yang bermusuhan, demi menolak keburukan yang menyerangnya, atau karena tujuan baik lainnya. Oleh karena itu, sebutlah kebaikan diri sendiri dengan niat sebagaimana perkara-perkara tersebut. Hendaknya juga disertai keyakinan bahwa ucapannya itu akan diterima dan menjaga apa yang telah disampaikan atau mengatakan bahwa ucapan itu akan kalian temukan pada diri orang lain. Oleh karena itu, jagalah.
Rasulullah SAW berkata, “Aku adalah seorang Nabi yang tidak pernah berdusta. Aku adalah pemimpin anak Adam [manusia]. Aku orang pertama yang akan keluar dari bumi. Aku adalah orang yang paling mengetahui tentang Allah dan paling bertakwa kepadaNya. Aku pernah bermalam di sisi Tuhanku.”
Sabda-sabda serupa juga banyak sekali. Nabi Yusuf a.s. berucap, “Jadikanlah aku bendaharawan negara [Mesir]; sesungguhnya, aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.” [QS Yusuf(12) : 55]
Nabi Syuaib a.s. berkata, “... dan kamu insyaAllah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.” [QS Al Qashash (28) : 27]
‘Utsman r.a juga pernah mengatakan, “bukankah kalian telah mengetahui bahwa Rasulullah bersabda, “barangsiapa memberikan bekal kepada pasukan yag berada dalam kesulitan, baginya surga ?,” aku telah memberikan bekal kepada mereka. Bukankah kalian juga sudah mengetahui bahwa Rasulullah bersabda,“barangsiapa menebus sumur Rumata, baginya surga ?” aku telah menebusnya. Kemudian aku menyedekahkan sumur itu sebagaimana sabda Rasulullah.” [HR Bukhari (no. 2864) & Muslim (no. 2278)]
Sa’ad bin Abu Waqqash r.a. mengucapkan perkataan ini ketika penduduk Kufah mengadukannya kurang baik kepada ‘Umar bin Al Khathab r.a. Dia berkata, “Demi Allah, aku adalah lelaki Arab pertama yang melemparkan anak panah berjuang di jalan Allah. Sungguh, aku telah berperang bersama-sama Rasulullah ...” [HR Bukhari (no.3728) & Muslim (no. 2966), HR An Nasa’i, As Sunan Al Kubra]
Dalam Shahih Muslim [no. 78] diriwayatkan oleh Ali r.a. berkata : “Demi Zat yang menumbuhkan biji dan menciptakan nyawa. Ini adalah janji Rasulullah kepadaku. Tiada orang yang mencintaiku kecuali orang yang beriman dan tiada orang yang membenciku kecuali orang yang munafik.”
http://pejalan-cahaya.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment