MAKNA AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH DAN SALAFUS SHOLIH
1. Makna Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
a. Makna As-Sunnah.
Berkata Ibnu Rajab rahimahullah:”As-Sunnah adalah jalan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang dia berada di atasnya dan juga para sahabat yang selamat dari berbagai macam syubhat (kerancuan) dan syahwat” (Kasyful Kurbah; 11-12).
Imam Al-Alusy dalam kitabnya Ghoyatul Amaany I/428 berkata:”Kata As-Sunnah pada asalnya adalah setiap perkara yang Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berada di atasnya dan apa saja yang telah beliau sunnahkan atau perintahkan dengannya baik dalam permasalahan ushuluddin (dasar-dasar agama) maupun dalam permasalahan furu’ (cabang-cabang). Kata ini juga (baca: As-Sunnah) digunakan pada setiap perkara yang mana para shalafus sholih berada di atasnya, baik dalam masalah imamah, pengutamaan (diantara para sahabat) maupun menahan diri dari setiap perkara yang para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berselisih padanya”.
Jadi makna Ahlus Sunnah dari definisi di atas adalah orang-orang yang mengikuti sunnah dan berpegang teguh padanya dalam seluruh perkara yang Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berada di atasnya dan juga para sahabatnya. Oleh karena itu ahlus sunnah yang sebenarnya adalah para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai hari kiamat”.
b. Sebab Penamaan Ahlus Sunnah.
Berkata Syaikhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullah:”Hanya saja mereka dinamakan dengan ahlus sunnah karena mereka mengikuti sunnah beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam” (Al-Muntaqa, hal: 90).
Berkata Abu Mudhaffar Isfirayiny:”Tidak ada pada kelompok-kelompok yang ada pada umat ini orang yang paling mengikuti khabar-khabar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnahnya diantara merekamelainkan mereka dinamakan ahlus sunnah” (Tafsir fii Ad-Dien, hal: 167).
c. Makna Al-Jama’ah.
Makna Al-Jama’ah memiliki beberapa pengertian, diantaranya:
c.1. Jama’atul Muslimin, yakni mereka (kaum muslimin) yang berada di atas sesuatu yang Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya berada di atasnya, sebagaimana dalam Hudzaifah bin Yaman bahwasannya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
….يلتزم جماعة المسلمين وأمامهم ( البخاري؛ مسلم)
“…engkau berpegang teguh dengan jama’atul muslimin dan imam mereka” (HR. Bukhari; Muslim).
c.2. Sesuatu yang menetapi Al-Haq.
Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu berkata:”Al-Jama’ah adalah sesuatu yang menetapi al-haq walaupun engkau seorang diri” (Al-Lalaka’I dalam As-Sunnah; Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah dalam Ighatsul Lahfan 1/70).
c.3. Al-Jama’ah adalah jika engkau mengutamakan Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali. Engkau tidak menganggap kurang dari salah seorang sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak juga mengkafirkan manusia (kaum muslimin) dengan perbuatan dosanya. Engkau mensholatkan orang yang mengucapkan Laa Ilaha Illallah dan sholat di belakang mereka serta mengusap kedua khuf-nya ketika berwudlu…” (Al-Intiqa’ fii Fadli Tsalatsatil ‘Aimatil Fuqaha, hal: 163-164).
c.4. Al-Jama’ah bermakna jama’ah kaum muslimin yang mana mereka berkumpul di bawah satu amir (pemimpin) (Al-I’tishom II/264).
c.5. Al-Jama’ah berarti juga berpegang teguh dengan tali Allah (Al-Qur’an dan As-Sunnah) secara berjama’ah, tidak terpecah dan berselisih yang membawa kepada pertentangan. Ibnu Tin berkata:”Yaitu menyelisihi Abu Bakr dan ‘Umar”. Dan yang lainnya berkata:”Perselisihan yang membawa pada pertentangan dan fitnah” (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhri, 7/73).
d. Sebab Penamaan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Imam Abdul Qahir Al-Baghdadi rahimahullah berkata:”Bahwasannya Ahlus Sunnah, sebagiannya tidak mengkafirkan kepada sebagian yang lain. Dan tidak ada diantara mereka perselihan yang menimbulkan sikap bara’ (berlepas diri) diantara mereka dan tidak juga mengkafirkan sesama mereka. Jadi, merekalah ahlul jama’ah yang menegakkan al-haq dan oleh karena itu mereka dinakaman ahlul haq. Mereka tidak terjatuh ke dalam perselisihan dan pertentangan. Tidak ada satu kelompokpun dari kelompok yang menyelisihi sunnah melainkan pasti terjadi diantara mereka pengkafiran sebagian mereka terhadap sebagian yang lain. Kelompok-kelompok tersebut seperti Khawarij, Rafidlo, Qodariyah dll. Sehingga apabila berkumpul tujuh orang dari mereka pada satu majelis niscaya mereka berpecah belah, karena pengkafiran sebagian mereka kepada sebagian yang lain” (Al-Farqu Bainal Firaq, hal: 361).
Berkata Syaikhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullah:”…ahlus sunnah dinamakan ahlul jama’ah, karena ahlul jama’ah adalah berkumpul, sedangkan kebalikannya adalah berpecah, walaupun terkadang lafad Al-Jama’ah menjadi satu nama untuk satu kaum yang berkumpul. Dan ijma’ (kesepakatan) adalah dasar yang ketiga yang dipegang atasnya dalam permasalahan ilmu dan agama. Ahlus sunnah selalu mengukur dengan tiga dasar ini (Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijma’) seluruh perkataan dan perbuatan manusia baik lahir maupun bathin yang mempunyai hubungan dengan agama” (Majmu’ Fatawa, III/157).
Jadi yang dimaksud Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah mereka yang mana berada seperti keadaan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berada padanya, serta para sahabatnya. Mereka berpegang teguh kepada sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah dari golongan sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in serta para imam yang mendapat petunjuk serta orang-orang yang mengikuti mereka. Mereka adalah orang-orang yang istiqomah dalam mengikuti sunnah-sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam serta mereka adalah orang-orang yang menjauhi perbuatan bid’ah disetiap tempat dan jaman…” (Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Mafhumuha, khashoishuha, khashaish ahliha, hal: 16. Muhammad Ibrohim Hamad).
e. Sejarah Munculnya Nama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Yang kami maksud dalam hal ini adalah sejarah terjadinya perbedaan nama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dari berbagai kelompok-kelompok ahli bid’ah wal firqoh. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullah berkata:”Jalan mereka (ahlus sunnah) adalah dienul Islam yang Allah utus dengannya Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi tatkala Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa umatnya akan terpecah menjadi 73 golongan yang seluruhnya akan masuk Neraka kecuali satu golongan saja –yakni Al-Jama’ah atau dalam hadits yang lain beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:”Mereka adalah orang yang seperti aku dan para sahabatku berada pada hari ini”- jadilah orang yang berpegang dengan Islam bersih dari macam campuran (pikiran yang sesat) sebagai ahlus sunnah wal jama’ah. Diantara mereka ada orang-orang yang shidiq, para syuhada’ dan orang-orang yang sholih” (Majmu’ Fatawa, III/159).
f. Nama-nama Lain Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Ahlus Sunnah wal Jama’ah memiliki nama-nama yang banyak, diantaranya adalah:
1. Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
2. Ahlus Sunnah tanpa tambahan Al-Jama’ah.
3. Ahlul Jama’ah.
4. Al-Jama’ah.
5. Salafus Sholih.
6. Ahlul Atsar.
7. Ahlul Hadits.
8. Al-Firqatun Najiyah (golongan yang selamat).
9. At-Thoifahul Manshurah (golongan yang akan ditolong Allah pada hari Kiamat).
10. Ahlul Ittiba’ (mengikuti), yaitu memgikuti Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Atsar Salafus Sholih. (’Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Mafhumuha…, hal: 17).
2. Makna Salafus Sholih.
Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan makna Salafus Sholih, ada tiga pendapat dalam hal ini, yaitu:
a. Salafus Sholih adalah para sahabat saja.
b. Salafus Sholih adalah sahabat dan tabi’in.
c. Salafus Sholih adalah sahabat, tabi’in dan tabi’u tabi’in. (Wasathiyah Ahlus Sunnah Baina Firaq, hal: 92-94; Lujum Al-Jama’ah, hal: 276-277).
Berkata DR. Kholifah At-Tamimi hafizahullah:”Dan pendapat yang shahih (benar) masyhur dan merupakan pendapat kebanyakan para ulama ahlus sunnah, bahwa yang dimaksud dengan salafus sholih adalah tiga generasi terbaik umat ini yang mana mereka telah direkomendasi oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:“Sebaik-baiknya generasi adalah yang mana aku diutus padanya (sahabat), kemudian setelahnya (tabi’in), kemudian setelahnya (tabi’ut tabi’in)…” (HR. Bukhari; Muslim). Jadi Salafus Sholih adalah para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in”. (Muqtaqodu Ahlus Sunnah wal Jama’ah fii Tauhid Asma’ was Shifat, 1/53-54).
3. Dalil-dalil Wajibnya Mengikuti Salafus Sholih.
Dapat kami sebutkan disini beberapa dalil yang memerintahkan kepada kita untuk mengikuti Salafus Sholih baik dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah (Al-Hadits) sbb;
3.1. Al-Qur’an.
Allah Azza Wa Jalla berfirman:
وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (100) سورة التوبة
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama masuk Islam diantara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridlo kepada mereka dan merekapun ridlo kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. At-Taubah: 100).
Firman-Nya:
وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءتْ مَصِيرًا (115) سورة النساء
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin (salafus sholih, pent), Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali” (QS. An-Nasa’: 115).
Ridlonya Allah kepada generasi pertama umat adalah ridlo yang mutlaq, dan Iapun ridlo kepada orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. (Muqtaqodu Ahlus Sunnah…, 1/56).
3.2. Al-Hadits.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Sebaik-baiknya manusia adalah pada masaku (sahabat), kemudian setelahnya (tabi’in), kemudian setelahnya (tabi’ut tabi’in)…”(HR.Bukhari; Muslim).
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Telah berpecah belah Yahudi menjadi 71 golongan, dan telah berpecah belah Nashrani menjasi 72 golongan, dan akan terpecah belah umatku menjadi 73 golongan, semuanya akan masuk Neraka kecuali satu”. Sahabat bertanya:’Siapakah dia ya Rasulullah?’, sabdanya:”Barangsiapa yang berada seperti aku dan para sahabatku berada pada hari ini” (HR. Abu Dawud no. 4596-4597; At-Tirmidzi no. 2640-2641; Ahmad 2/332, 3/120, 145, 4/120: Ibn Majah no. 3991-3993. Hadits Shahih Masyhur).
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Barangsiapa diantara kalian hidup lama setelahku, maka ia akan melihat pereselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian untuk berpegang kepada sunnahku dan sunnah khulafa’ur rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku. Gigitlah ia (sunnahku dan sunnah para sahabat) dengan gigi gerahammu. Dan berhati-hatilah dengan perkara yang baru (dalam agama) karena setiap yang baru (dalam agama) adalah bid’ah dan setiap yang bid’ah di Nereka tempat kembalinya” (HR. Abu Dawud no. 4607; At-Tirmidzi no. 2676; Ibn Majah no. 42; Ahmad 4/126,127).
Hamba yang selalu mengharap ampunan-Nya
Abu Muhammad Abdur Rahman Sarijan
No comments:
Post a Comment