Monday, February 13, 2012

TINGKATAN AD-DIN

TINGKATAN AD-DIN

A. Definisi Din
Din adalah keta'atan. Din juga disebut millah, dilihat dari segi keta'atan dan kepatuhan kepada syari'at.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman pada surah Ali-Imran : 19.

19. Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
[189] maksudnya ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al Quran.

Sedangkan tingkatan Din itu adalah

1. Islam
Menurut bahasa, Islam bererti masuk dalam kedamaian. Sedangkan menurut syara’ Islam bererti pasrah kepada Allah, bertauhid dan tunduk kepadaNya, ta'at dan membebaskan diri dari syirik dan para pengikutnya.

2. Iman
Menurut bahasa, iman bererti membenarkan disertai percaya dan amanah. Sedangkan menurut syara', bererti pernyataan dengan lisan, keyakinan dalam hati dan perbuatan dengan anggota badan.

3. Ihsan
Menurut bahasa, ihsan bererti berbuat kebaikan, yakni segala sesuatu yang menyenangkan dan terpuji.

Dan kata-kata ihsan mempunyai dua sisi:
Pertama, Memberikan kebaikan kepada orang lain.
Kedua, Memperbaiki perbuatannya dengan menyempurnakan dan membaikkannya
Sedangkan ihsan menurut syara' adalah sebagaimana yang di-jelaskan oleh baginda Nabi S.W.T dalam sabdanya: "Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihatNya. Jika engkau tidak bisa melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Umar)

Syaikh Ibnu Taimiyah berkata: "Ihsan itu mengandung kesempurnaan ikhlas kepada Allah dan perbuatan baik yang dicintai oleh Allah. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:

112. (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al-Baqarah: 112)
Agama Islam mencakup ketiga istilah ini, iaitu: Islam, iman dan ihsan. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits Jibril ketika datang kepada Nabi S.W.T di hadapan para sahabatnya dan bertanya tentang Islam, kemudian tentang iman dan ihsan. Lalu Rasulullah S.W.T menjelaskan setiap dari pertanyaan tersebut. Kemudian beliau bersabda: "Inilah Jibril datang kepada kalian untuk mengajarkan Din kalian." Jadi Rasulullah menjadikan Din itu adalah Islam, iman dan ihsan. Maka jelaslah agama kita ini mencakup ketiga-tiganya. Dengan demikian Islam mempunyai tiga tingkatan: Pertama ada- lah Islam, kedua iman dan ketiga adalah ihsan.* (Lihat Majmu' Fatawa, 8/10 dan 622

B. Keumuman Dan Kekhususan Dari Ketiga Tingkatan Tersebut
Islam dan iman apabila disebut salah satunya secara terpisah maka yang lain termasuk di dalamnya. Tidak ada perbezaan antara keduanya ketika itu. Tetapi jika disebut keduanya secara bersamaan, maka masing-masing mempunyai pengertian tersendiri, sebagaimana yang terdapat di dalam hadits Jibril.
Di mana Islam ditafsirkan dengan amalan-amalan lahiriah seperti shalat dan zakat. Sedangkan iman ditafsiri dengan amalan-amalan hati atau amalan-amalan batin seperti membenarkan dengan lisan, percaya dan ma'rifat kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitabNya, para rasulNya dan seterusnya.

Meskipun umum dan kekhususan antara ketiganya ini telah dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Taimiyah sebagai berikut: "Ihsan itu lebih umum dari sisi dirinya sendiri dan lebih khusus dari segi orang-orangnya daripada iman. Iman itu lebih umum dari segi dirinya sendiri dan lebih khusus dari segi orang-orangnya daripada Islam. Ihsan mencakup iman, dan iman mencakup Islam. Para muhsinin lebih khusus daripada mukminin, dan para mukmin lebih khusus dari para muslimin." (Lihat Majmu' Fatawa, 7/10 )
Oleh kerana itu, para ulama muhaqqiq mengatakan, "Setiap mukmin adalah muslim, kerana sesungguhnya siapa yang telah mewujudkan iman dan ia terpaut ke dalam sanubarinya maka dia pasti melaksanakan amalan-amalan Islam sebagaimana yang telah disabdakan baginda Rasul S.W.T :

"Ingatlah sesungguhnya di dalam jasad itu terdapat segumpal darah, jika ia baik maka menjadi baiklah jasad itu semuanya, dan jika ia rusak maka rusaklah jasad itu semuanya. Ingatlah, dia itu adalah hati." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dan tidak setiap muslim itu mukmin, kerana boleh jadi imannya sangat lemah, sehingga tidak bisa mewujudkan iman dengan bentuk yang sempurna, tetapi ia tetap menjalankan amalan-amalan Islam, maka menjadilah ia seorang muslim, bukan mukmin yang sempurna imannya. Sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :

14. Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami Telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami Telah tunduk', Karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al-Hujurat: 14)

Maksudnya tidaklah pahala mereka dikurangi berdasarkan iman yang ada pada diri mereka yang cukup sebagai syarat untuk diterimanya amalam mereka dan diberi balasan pahala. Seandainya mereka tidak memiliki iman, tentu mereka tidak akan diberi pahala apa-apa.*(Syarah Arba'in, Ibnu Rajab, hal. 25-26.)
Maka jelaslah bahwa Din itu bertingkat-tingkat,, dan sebahagian tingkatannya lebih tinggi dari yang lain. Pertama adalah Islam, kemudian menjadi iman, dan yang paling tinggi adalah ihsan.

No comments:

Post a Comment