Berbagai mahkota keutamaan dan kemuliaan yang hakiki telah berhasil diraih oleh generasi terbaik umat ini, seiring kebaikan mereka yang tak akan pernah tertandingi oleh generasi sesudahnya sepanjang jaman. Merekalah para shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun disisi lain ada juga kelompok manusia yang berani terang-terangan menghina salah satu dari Khulafa'urrasyidin, mulai dari kita sampai orang awampun telah tahu bahwa menghina para sahabat Rasulullah Shalallahu'alaihi wassalam hukumnya kufur, dan menghina Abubakar, Utsman bin Affan, Umar Bin Khatab, Ali Radhiyallahu 'anhu adalah sama saja dengan menghina Rasul Shalallahu'alaihi wassalam. Justeru merekalah yang berani mencela Rasul Shalallahu'alaihi wassalam orang bodoh atau seorang yang MERACAU!(yahjur)/ (bahasa Melayu: seseorang yang kurang waras (gila) atau sedang berkhayal atau sedang bermimpi) padahal Rasul Shalallahu'alaihi wassalam melalui wahyu banyak mengetahui kejadian yang akan terjadi, bahkan wafatnya Ustman Rasul Shalallahu'alaihi wassalam mengetahuinya, wafatnya Ali Radhiyallahu 'anhu, wafatnya husein bin Ali Radhiyallahu 'anhu Rasul Shalallahu'alaihi wassalam mengetahuinya dan mengabarkannya jauh sebelum terjadi.
Mereka yang mencela ini mengambil sejarah yang sesat dan kebodohan yang nyata, karena kalau benar itu terjadi maka mereka telah menganggap Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu pengecut dan pengkhianat agama pula, karena Ali Radhiyallahu 'anhu berdiam diri saja melihat kebatilan.
Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu dan Abubakar Radhiyallahu 'anhu adalah mertua Rasul saw, maka fahamlah kita bahwa Abubakar, Umar, Utsman, Ali radhiyallahu'anhum kesemuanya adalah kerabat dengan Rasul Shalallahu'alaihi wassalam.
Kenapa mereka (Syi'ah) menyembunyikan firman Allah yang artinya:
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS: At-Taubah: 100) dan firman-Nya yang lain?!?
Tidak ingatkah mereka dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ فَوَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ أَنْفَقَ أَحَدُكُمْ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيْفَهُ
“Janganlah kalian mencerca para shahabatku. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalau seandainya salah seorang di antara kalian berinfaq emas sebesar gunung Uhud maka (pahala) infaq kalian tidak akan mencapai (pahala) infaq sebanyak dua telapak tangan mereka bahkan tidak pula setengahnya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Konspirasi Jahat di balik Pelecehan Mereka terhadap Para Shahabat ternyata di balik pelecehan mereka terhadap para shahabat, ada konspirasi jahat yang terselubung yaitu mencela Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, menggugurkan Al-Qur`an dan As-Sunnah sekaligus agama Islam. Inilah kenyataan sampai artikel ini saya tulis.
Al-Imam Malik bin Anas Rahimahullah berkata: “Mereka itu adalah suatu kaum yang sebenarnya berambisi untuk mencela Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam namun ternyata tidak mampu. Maka akhirnya mereka mencela para shahabatnya sampai kemudian dikatakan bahwa beliau adalah orang jahat, karena kalau memang beliau orang baik, niscaya para shahabatnya adalah orang-orang baik pula.”
Al-Imam Abu Zur’ah rahimahullah berkata: “Bila engkau melihat seseorang merendahkan kedudukan seorang shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ketahuilah bahwa dia adalah Zindiq (munafiq). Sebab, Sunnah Rasul dan Al-Qur`an adalah kebenaran di sisi kita. Sedangkan yang menyampaikan Al-Qur`an dan As-Sunnah tadi kepada kita adalah para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka (entah Syi’ah) mencela para saksi kita dengan tujuan untuk menggugurkan Al-Qur`an dan As-Sunnah. Justru mereka inilah yang lebih pantas untuk dicela. Merekalah orang-orang zindiq.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Celaan terhadap mereka (para shahabat) adalah celaan terhadap agama ini.”
Hukuman bagi Orang-orang yang Mencela Para Shahabat
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah di dalam kitab Ash-Sharimul Maslul ‘ala Syatimir Rasul memberikan rincian tentang hukum orang yang mencela para shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bisa diringkas sebagai berikut:
1. Bila orang tersebut mencela para shahabat dengan celaan yang tidak sampai menjatuhkan keadilan dan agama mereka seperti: mensifati para shahabat dengan kebakhilan, penakut, dangkal ilmunya dan selain itu maka dia tidak dihukumi sebagai orang yang murtad atau kafir. Hanya saja orang ini dihukum ta’zir (hukuman dera atau penjara yang dilaksanakan oleh pemerintah kaum muslimin setelah dimintai taubat dan diberi penjelasan -pent).
2. Adapun orang yang mencela para shahabat karena keyakinan bahwa mereka telah murtad atau sesat sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tidak ragu lagi bahwa orang tersebut kafir (setelah memenuhi kriteria syari’at untuk dikafirkan -pent).
3. Demikian juga seseorang yang ragu terhadap kafirnya orang jenis kedua maka dia kafir.
Berikut bantahan tentang tulisan diatas:
Bismillah hirrahmanirrahim,
Dalam hadist sahih bukhari dan Muslim tersebut hanya orang bodoh saja yang menterjemahkan dengan hawa nafsunya, sebelum kita berbicara masalah ini mesti fahami dulu syarah tentang hadist itu!
Hadist yang benar berbunyi:
Ibnu Abbas berkata: "Ketika Nabi bertambah keras sakitnya, beliau berkata, 'Bawalah kemari kertas supaya kamu dapat menuliskan sesuatu agar kamu tidak lupa nanti.' Kata Umar bin Khattab, 'Sakit Nabi bertambah keras. Kita telah mempunyai Kitabullah (Qur'an); cukuplah itu!' Para sahabat (yang hadir ketika itu) berselisih pendapat, dan menyebabkan terjadinya suara gaduh. Berkata Nabi, 'Aku harap Anda semua pergi! Tidak pantas Anda bertengkar di hadapanku!' Ibnu Abbas lalu keluar dan berkata, 'Alangkah malangnya, terhalang mencatat sesuatu (wasiat sunnah) dari Rasulullah.'"
(Sahih Bukhari juz 1 Bab Ilmu )
Dalam hadits itu, orang Syi'ah ini telah jauh memfitnah Amirul mukminin Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu, lihatlah matan hadits, bahwa Ibn Abbas Radhiyallahu 'anhu yang mengatakan bahwa Rasul Shalallahu'alaihi wassalam telah sakit parah, itu ucapan Ibn Abbas Radhiyallahu 'anhu, bukan ucapan Umar Radhiyallahu 'anhu dan satu lagi dalam riwayat tersebut tidak disebutkan bahwa sahabat Umar Radhiyallahu 'anhu mencaci Rasulullah Shalallahu'alaihi wassalam dengan sebutan "MERACAU" (kurang waras akalnya) dan tidak pula disebutkan dalam riwayat tersebut hari kamis.
Maka melihat keadaan itu Umar Radhiyallahu 'anhu tidak tega Rasul Shalallahu'alaihi wassalam harus sibuk pula menulis wasiat, sehingga ia berkata : "tidak perlu.., cukup Alqur'an..", karena ia sangat tidak tega melihat keadaan Rasul Shalallahu'alaihi wassalam yang sudah sangat parah, dan ia pun kemudian berkata : keadaan Rasul Shalallahu'alaihi wassalam sudah parah..!, ini adalah cinta dan takdhim Umar Radhiyallahu 'anhu kepada Rasul Shalallahu'alaihi wassalam.
Sebagaimana dijelaskan oleh Al Hafidh Imam Ibn Hajar dalam syarah hadits ini : "Jika hal itu merupakan wasiat penting, maka Rasul Shalallahu'alaihi wassalam akan menulisnya kemudian, karena saat itu Rasul Shalallahu'alaihi wassalam tidak langsung wafat, namun masih berlangsung beberapa hari dan keadaan beliau membaik sesudah kejadian itu yaitu beberapa hari sebelum wafatnya, maka mestilah Rasul Shalallahu'alaihi wassalam menuliskannya jika hal itu memang mesti disampaikan, ternyata Rasul Shalallahu'alaihi wassalam tidak menuliskannya.
Dan berkata pula Imam Ibn Hajar Al Asqalaniy dalam halaman yang sama, bahwa salah satu hikmah perbuatan Khalifah Umar Radhiyallahu 'anhu itu adalah juga menutup kemungkinan fitnah dari munafikin, karena akan menjadi sebab sangkalan dan fitnah oleh orang orang munafik bahwa Rasul Shalallahu'alaihi wassalam menulisnya dalam keadaan setengah sadar (Fathul Baari Bisyarah Shahih Bukhari Bab Manaqib)
Seluruh sanggahan Orang Syi'ah ini terhadap Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu telah dijawab oleh Imam Ali Radhiyallahu 'anhu, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas Radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: ketika Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu telah wafat dan direbahkan diranjangnya, maka orang-orang berdesakan mendoakannya, dan menshalatkannya sebelum diangkat, dan aku (ibn Abbas Radhiyallahu 'anhu) berada diantara mereka, tanpa kusadari maka seorang lelaki memegang pundakku, ternyata Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu, maka ia mengucapkan tarahham (mengucap Allah yarhamhu/ Allah merahmatinya), dan ia (Ali Radhiyallahu 'anhu) berkata : “Tiadalah seseorang yang meninggalkanku (wafat) yang lebih kuinginkan aku seperti amalnya, kecuali engkau (wahai Umar), Demi Allah.., sungguh perkiraanku Allah telah menjadikanmu bersama dua sahabatmu (Khalifah Abubakar Radhiyallahu 'anhu dan Rasulullah Shalallahu'alaihi wassalam), dan telah sering kudengar Nabi Shalallahu'alaihi wassalam berkata : Aku berangkat bersama Abubakar dan umar, aku datang bersama Abubakar dan Umar, aku keluar bersama Abubakar dan umar” (Shahih Bukhari bab Manaqib Umar Radhiyallahu 'anhu).
Berkata Imam Ibn Hajar dalam syarah hadits ini menukil hadits shahih lainnya bahwa yang dimaksud Ali Radhiyallahu 'anhu adalah tiada orang yang lebih afdhal amalnya saat itu (setelah wafatnya Rasul Shalallahu'alaihi wassalam dan ABubakar) yang lebih afdhal amalnnya dari Umar Radhiyallahu 'anhu (Fathul Baari Bisyarah Shahih Bukhari Bab Manaqib Umar Radhiyallahu 'anhu)
Kalau Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu adalah penjahat sebagaimana fitnah orang syi'ah, sungguh Imam Ali Radhiyallahu 'anhu telah mendambakan memiliki amalan seperti amalan Khalifah Umar Radhiyallahu 'anhu.
Mana yang akan anda pegang? kesaksian Imam Ali Radhiyallahu 'anhu atau fitnah syiah..?
P/s:
Rasulullah Shalallahu'alaihi wassalam adalah seorang yang Ummi (tidak bisa membaca dan menulis), maksud hadits tersebut diatas adalah Rasul Shalallahu'alaihi wassalam meminta dibawakan kertas dan pena, untuk meng imla/mendiktekan wasiat yang akan ditulis oleh sahabat.
-----------
Wahai yang mengaku pengikut Imam Ali radhiyallahu'anhum, ketahuilah Imam Ali radhiyallahu'anhum memuliakan Umar radhiyallahu'anhum dan Abubakar radhiyallahu'anhum,
Imam Ali radhiyallahu'anhum melarang mencaci Muawiyah dan pengikutnya,
Wahai yang Mengaku Ummat Muhammad Shalallahu'alaihi wassalam.., Sungguh Nabimu Muhammad Shalallahu'alaihi wassalam menyaksikan dengan wahyu-Nya bahwa ABubakar, Umar, Ustman radhiyallahu'anhum adalah penduduk syurga, shiddiq dan syahid..
siapa nabi kalian..?
siapa Imam Kalian..?
siapa guru-guru kalian..?
siapa yang kalian panut..?
No comments:
Post a Comment